Foto: Suara.com
Keluarnya Saipul Jamil dari penjara tanggal 2 September lalu langsung menjadi berita panas di media tanah air. Tidak hanya viral tetapi juga berbuntut ajakan boikot pada pedangdut mantan personil boyband dangdut, G4UL tersebut.
Pasalnya Bang Ipul begitu ia dipangil oleh rekan sejawatnya malah pamer dengan diarak di atas mobil layaknya atlet-atlet yang baru pulang setelah berperang merebut medali. Perayaan bebas setelah lima tahun mendekam di LP Cipinang yang terlalu diglorifikasi.
Prosesi arak-arakan yang tidak elok secara etika juga tidak peka secara psikologis bagi korban tindakan pelecehan seksual yang dilakukan Bang Ipul.
Saipul Jamil sudah mendapatkan hukuman penjara selama lima tahun tapi korban pelecehan seksual yang dilakukannya mungkin masih mengalami trauma seumur hidup. Apakah pantas merayakan kebebasan dengan arak-arakan dan disambut meriah dengan tampil di siaran langsung televisi nasional?
Hal inilah yang memicu kekesalan netizen, selebritis yang vokal, dan masyarakat yang peduli pada civil society. Termasuk pada pihak yang memanfaatkan potensi keviralan tersebut seperti stasiun televisi dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang dianggap tidak bersuara dan tidak berpihak pada korban.
Di sisi lain KPI sedang tersandung kasus yang hampir mirip di mana tindakan karyawannya menjadi viral karena melakukan pelecehan seksual sejenis kepada koleganya sendiri. Yang makin membuat netizen makin panas menyerang kinerja dan keberpihakan KPI.
Apabila dilihat lebih dalam, kasus Saipul Jamil adalah kasus kekerasan seksual pada anak di bawah umur. Bila tempo hari sebagian media sudah mengganti kata "koruptor" menjadi "maling" maka sebagian netizen menyebut Saipul Jamil adalah "predator pedofil". Sebuah istilah yang harusnya membuat malu dan introspeksi bagi pelaku.
Sayangnya hal tersebut abai dilakukan Saipul Jamil bersama timnya dan stasiun televisi yang berpikir akan menangguk banyak penonton dari keviralan prosesi arak-arakan tersebut justru makin membuat netizen emosi.
Seorang sutradara dan petinggi production house malah terang-terangan membatalkan semua kerjasama dengan stasiun televisi yang berniat menayangkan film-film dari production house tersebut.