Kusesap segelas kopi di pinggir danau,
Membayang kisah kita di pinggir jurang,
Mestikah diselesaikan dengan perang?
Sulitkah temukan cinta yang berkilau?
Kupertaruhkan semua yang kupunya,
Agar kamu bisa percaya,
Pada aturan semesta,
Bahwa kau dan aku bersama,
Kau pertaruhkan semua yang kau punya,
Agar aku bisa bisa percaya,
Pada rencana semesta.
Bahwa aku dan kau sejiwa,
Tapi mengapa mereka tak percaya,
Mengapa tanya bukannya membuka,
Mengapa cinta tidak hanya rasa,
Terlalu banyak duga membuat luka,
Kupersembahkan cinta,
Kau persembahkan cinta,
Pada dulang-dulang asmara,
Asmara pemberian Sang Maha,
Lalu ada manusia yang mengatasnamakan kuasa melarang demi apa?
Jika cinta bukan dari-Nya lalu dari siapa?
Siapa yang bisa menumbuhkan perasaan agung pada makhkuk-Nya jika  bukan Dia, Sang Maha?
Kita jalan saja,
Bukan untuk membantah,
Berusaha menjalani titah,
Kita saja cinta saja,
Kusesap segelas kopi di tepi danau,
Bersamamu yang slalu setia di sisi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H