Pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Presiden Erdogan yang didukung oleh ketetapan Dewan Negara sudah menetapkan bahwa Hagia Sophia diubah peruntukannya dari museum menjadi masjid. Menurut rencana mulai tanggal 24 Juli mendatang Hagia Sophia mulai digunakan sebagai tempat sholat jumat pertama di masa sekarang.
Sebagai bangunan Hagia Sophia punya sejarah panjang, tidak hanya untuk bangsa Turki tapi juga untuk umat dua agama besar di dunia yaitu Islam dan Kristen.
Hagia Sophia selesai dibangun tahun 537 Masehi pada masa Kaisar Yustinus I dari Kekaisaran Romawi Timur. Selama berabad-abad Hagia Sophia digunakan sebagai gereja Kristen Orthodok sampai Kekaisaran Romawi runtuh dan digantikan oleh Kesultanan Ottoman yang pada masa Sultan Mehmet mengubah Hagia Sophia menjadi masjid dengan menambah empat menara.
Perubahan kembali terjadi saat keruntuhan Ottoman setelah perang dunia pertama di mana selanjutnya bapak modernisasi Turki yaitu Kemal Ataturk menjadikan Turki sebagai negara sekuler dan mengeluarkan Dekrit Ataturk di mana Hagia Sophia diubah menjadi museum.
Keputusan Erdogan menimbulkan pro dan kontra di dunia internasional. Sebagian menyayangkan perubahan tersebut sambil mengaitkan bahwa keputusan tersebut sarat dengan kepentingan politik Erdogan. Selain hubungannya yang sedang memanas dengan Eropa ada juga yang menilai sebagai taktik untuk menarik dukungan dari kalangan Islam.
Terlepas dari masalah dalam negeri Turki dan kepentingan Erdogan, lantas apakah warga dunia tidak bisa lagi menikmati Hagia Sophia? Kenyataannya Hagia Sophia akan tetap bisa dikunjungi sebagai tujuan wisata oleh umat beragama mana pun. Hanya disesuaikan dengan kondisi terbarunya sebagai masjid. Salah satunya pada saat pelaksanaan sholat akan ada gambar yang ditutup.
Hagia Sophia yang terletak di kota Istanbul sudah lama menjadi ikon kota dan sasaran turis untuk dikunjungi. Tapi ada yang menarik khususnya untuk turis asal Indonesia jika para biro perjalanan cukup jeli menangkap kondisi ini.
Seperti diketahui bersama, ibadah umroh di Arab Saudi sedang ditangguhkan karena pandemi Covid-19 yang belum reda dan entah sampai kapan. Jika pun akan dibuka pasti akan dikenakan aturan baru yang ketat. Salah satunya yang bisa diprediksi adalah pengurangan jumlah kuota jamaah yang diperbolehkan untuk melaksanakan umroh seperti yang sudah dilakukan di musim haji sekarang ini.
Jamaah haji tahun ini hanya diizinkan 10 ribu orang saja padahal sebelumnya ada 2,49 juta orang. Kemungkinan besar kuota umroh pun akan dilakukan secara bertahap. Saat umroh kembali dibuka kuota yang akan diberikan akan minim. Rebutan kuota antar biro perjalanan umroh bisa saja terjadi. Apalagi setelah bisnis travel yang berdarah-darah selama pandemi. Berapa yang masih bertahan atau berapa yang sudah bangkrut.
Salah satu cara agar bisnis bertahan dengan memaketkan perjalanan umroh dengan mengunjungi tempat-tempat lain. Turki (Istanbul), Â UAE (Dubai), Mesir (Kairo) adalah tempat yang cukup umum dan menarik untuk dipaketkan. Saat Hagia Sophia telah menjadi masjid tentu membuat penasaran banyak orang. Hal ini bisa menjadi opsi para biro travel untuk mempertahankan bisnisnya di saat umroh dibuka saat era new normal kelak.