Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"The World of The Married", Indonesia Konsumen Budaya Populer Terbesar?

30 Juni 2020   09:33 Diperbarui: 30 Juni 2020   09:43 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan di drama seri asal Korea, The World of The Married. Foto: IMDb.com

Drama Korea The World of The Married yang belum lama seri pertamanya telah selesai ditayangkan meraih sambutan yang luar biasa dari penontonnya. Serial ini memecahkan rekor rating tertinggi sepanjang masa di Korea Selatan. Sebuah pencapaian yang luar biasa dan menjadi catatan khusus di industri hiburan Korea Selatan. Kesuksesannya pun tidak hanya di Korea Selatan tapi juga di banyak negara termasuk di Indonesia.

Serial ini di Indonesia ditayangkan di platform digital streaming melalui Viu dan kemudian juga dibeli oleh Trans TV untuk siaran satelit nasional. Belum lagi yang berlangganan TV kabel yang bisa menonton bersamaan dengan serial ini ditayangkan di Korea Selatan sana. Belakangan platform digital lokal seperti Vidio dan RCTI+ pun menayangkan serial ini.

Sebagai sebuah karya, The World of The Married bukankah karya original. Serial ini hasil adaptasi serial Doctor Foster buatan Inggris yang ditayangkan beberapa tahun lalu di kanal BBC Inggris.

Sesuatu yang populer di dunia biasanya tak akan sulit menangguk sukses juga di Indonesia, termasuk serial ini. Masyarakat Indonesia sudah terbukti sangat terbuka pada budaya populer baik musik, film, dan apa pun yang sedang populer di dunia. Sebut saja aplikasi tik tok dan face apps, sontak menjadi aplikasi yang banyak digunakan belakangan ini.

Budaya populer dimulai tahun 1960an di Eropa. Sebenarnya budaya yang dianggap kelas bawah dibanding budaya kelas atas yang lebih elit. Kenyataannya kelas bawahlah yang jumlahnya paling banyak sehingga menjadi populer yang akhirnya dikonsumsi oleh semua kalangan.

Masyarakat Indonesia sangat adaptif terhadap sesuatu yang baru (budaya populer) sudah dirasakan sejak masa orde lama, sebagian kecil kalangan elit diam-diam ikut menjadi konsumennya. Di Masa orde baru lebih banyak lagi yang mampu mengakses budaya populer, hanya saja kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, dan perkembangan informasi dan teknologi yang masih terbatas hanya kalangan tertentu saja yang bisa mengkonsumsinya.

Kondisi sangat berubah saat orde reformasi. Dimulai saat dibukanya arus informasi, industri pers tumbuh bak jamur di musim hujan. Puluhan penerbitan pers berdiri, dari yang lokal hingga yang waralaba asing. Begitu pun dengan industri penyiaran televisi. Kemudahan dan euforia tersebut mengakibatkan banyaknya penerbitan yang asal jadi, terlalu sarkas, bahkan berbau porno pun bisa dengan mudahnya terbit.

Lihat juga di televisi kita, program dari berbagai negara seakan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Sebut saja telenovela dari Meksiko, Venezuela, Brazil, atau Colombia. 

Drama seri asal Korea, Jepang, Hongkong, Taiwan. Sinetron Turki, Mesir, Cina, Philipina, dan Thailand pernah merasakan keemasannya di televisi kita. Begitu juga dengan film lepas, reality show, asal Amerika dan Eropa juga mudah ditemukan di televisi nasional kita. Bahkan kartun Jepang dan Malaysia telah mendominasi pasar tayangan anak di sini sejak era televisi swasta nasional dimulai.

Di film bioskop, sejak dua-tiga tahun belakangan ini setiap film blockbuster asal Hollywood tayang, Indonesia hampir selalu masuk ke dalam sepuluh hingga lima belas besar penyumbang pendapatan terbesar.

Musik, fashion, game, dan kuliner yang juga menjadi bagian dari budaya populer cukup mudah diterima oleh masyarakat kita. Amerika, Jepang, Korea, dan beberapa negara Eropa adalah penghasil musik dan merek-merek fashion dan kuliner (restoran) yang cukup mudah ditemui di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Setelah akrab dengan menu-menu Amerika, Jepang, dan Italia, orang Indonesia pun mulai akrab dengan menu-menu dari Korea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun