Jika ada tetangga atau kerabat yang dirasa dekat atau orang yang dituakan, warga akan datang lagi ke rumah secara pribadi, bisa dengan membawa makanan atau oleh-oleh. Bermaaf-maafan lagi walaupun tadi sudah bertemu di masjid dan di jalan depan rumah.
Setelah bermaafan dengan para tetangga dekat biasanya menjelang siang atau sore baru mengunjungi saudara atau kerabat yang jaraknya lebih jauh. Biasanya sekalian jalan-jalan atau berekreasi.
Kegiatan silaturahmi, halal bihalal, atau apapun nama yang dikemas biasanya sudah berderet bahkan jauh hari sebelum bulan puasa.
Biasanya di grup percakapan teman-teman sekolah zaman dulu, ada saja satu-dua orang yang inisiatif untuk membuat halal bihalal saat pulang kampung. Acara bisa resmi atau dadakan.
Di hari kedua atau ketiga lebaran di kampung mulai bermaafan dengan para teman lama walaupun sudah saling mengucapkan lebaran dan minta maaf di grup percakapan.
Tradisi bermaaf-maafan di saat lebaran memang baik mengingatkan kita untuk saling silaturahmi dan tidak menyimpan dendam.
Meskipun sejatinya kita bisa bermaafan kapan saja, di mana saja, dan lewat media apa saja. Jika kita merasa berbuat salah langsung meminta maaf. Pada siapapun. Biasakan anak-anak sejak kecil untuk bilang, "maaf" jika berbuat salah atau saat meminta tolong.
Semoga di lebaran kali ini saat pandemi melanda dan mungkin sebagian besar dari kita tidak bisa pulang kampung tidak mengurangi kekhusuan dan niat kita untuk saling memaafkan dan meminta maaf dengan tulus kepada siapa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H