Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Genangan Rindu

1 Maret 2020   11:32 Diperbarui: 1 Maret 2020   11:24 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan datang laksana air mata
Rintiknya tajam ibarat pecahan kaca
Seumpama ini sebuah cerita
Seperti dongeng yang melegenda

Cinta datang melalui mata
Pancarnya tajam menusuk jiwa
Membawa asa penuh sukacita
Kan kujadikan kau permaisuri bertahta

Hujan pergi meninggalkan genangan
Kamu pergi menyisakan kenangan
Salahkan bila rindu?
Akankah jadi debu?

Duhai cinta mahadiraja
Kenapa derita ikut serta?
Bukankah kita berhak bahagia?
Walaupun orang lain mencerca

Aku mau cinta,
Kamu mau cinta,
Kenapa yang hadir nestapa?
Apa ini ujian cinta?

Kuminta cinta yang datang layu
Kuharap rindu yang terbit bisu
Jika pinta dan harap tak bertemu
Kenapa selalu kau berikan rambu

Wahai Sang Maha Pencinta
Dari-Mu aku belajar mencinta
Bila yang Kau beri saujana
Biarkan aku mengembara

Wahai Sang Peniup Rindu
Pada-Mu aku bersiul merdu
Bila jiwa tak bertemu jiwa
Kumau Engkau saja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun