Eggi Sudjana dikutip mengatakan bahwa agama Kristen tidak sesuai dengan Pancasila. Alasan Eggi, karena Kristen mengajarkan trinitas, yang intelektualitas Eggi mengartikannya sebagai "menyembah tiga tuhan?" [sumber]
Sebagai pengikut ajaran Yesus Kristus, saya ingin menjelaskan apa yang saya percaya, yang dengan ini sekaligus menunjukkan kekeliruan Eggi dalam menilai iman Kristen. Saya mendasarkan penjelasan ini atas isi Injil yang saya yakini kebenarannya.
Tuhan itu esa
Injil memberi petunjuk tentang keesaan Tuhan dan tentang hidup kekal yang datang melalui mengenal satu-satunya Allah yang benar.
(Markus 12:29)' Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa."
(Yohanes 17:3)'"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."
Kutipan tadi memberi bukti iman Kristen percaya dan diharuskan untuk mengenal bahwa "Tuhan itu esa" bahwa hanya ada "satu-satunya Allah yang benar", dengan demikian, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa iman Kristen bertentangan dengan sila pertama dari Pancasila.
Selanjutnya, saya akan masuk kepada penjelasan yang cukup rumit.
Tuhan menjadi manusia
Iman Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang menjelma manusia (menjadi manusia, Yohanes 1:14, Lukas 1:35). Bersamaan dengan itu, dan berlangsung hingga kini, memang, kebenaran Allah yang menjelma manusia terasa membawa komplikasi. Kebenaran itu dan kumpulan cara pewartaan yang menyertainya kadang terasa bertentangan dengan intelektualitas manusia. Dalam hal ini secara individu Eggi berhak merasa benar, karena intelektualitasnya terusik.
Manusia adalah kompleksitas. Kumpulan manusia adalah kumpulan kompleksitas. Ditambah dengan kebebasan yang melekat pada setiap individu maka, kesadaran manusia, iman manusia, pengenalan manusia akan Tuhan, tidak bersifat hasil dikte melainkan aneka hal yang bertumbuh secara positif. Dalam konteks ini, mengenal Allah yang menjelma manusia bukanlah hasil dikte melainkan kesadaran yang bertumbuh bersama dengan penerimaan seseorang untuk mau berjalan menyusur jejak pengajaran Yesus Sang Manusia Ilahi.
Ketika seorang manusia bersaksi tentang Yesus, kesaksiannya bisa saja salah. Ketika Yesus bersaksi tentang diri-Nya, kesaksian-Nya tidak mungkin salah.
Yesus dan Bapa adalah satu