Mohon tunggu...
Pius Rengka
Pius Rengka Mohon Tunggu... Pemulung Kata -

Artikel kebudayaan, politik, sosial, budaya, sastra dan olahraga. Facebook:piusrengka. Surel:piusrengka@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Badai Sabana

26 Maret 2019   09:33 Diperbarui: 26 Maret 2019   09:39 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Pius Rengka

Wahai badai, jangan dikau sesali gemuruhmu di padang sabana, 

karena sisa nafasmu masih di sana 

pada getar ilalang sangkakala. 

Jangan pula dikau menoleh pada nasib hari kemarin, 

karena itu hanya sebuah detak kisah tangis nan asin

Ketika dikau berlalu begitu riuh di pelupuk punggung bukit kami

Sejuta genta kaki kuda menghambur debu ke pelupuk badai

Wahai senyap, di manakah riuh sejuta makna cinta

Dari jemari kepedihan derita jelata

Aku di sini dan akan tetap di situ tak pernah ke mana 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun