Ketika rumah tak lagi nyaman dihuni kami ke pinggir  jalan meminta, 'Om Telolet Om'
Ketika media massa dan media sosial terlalu bising dengan caci maki kami ke pinggir jalan dan berseru, 'Om Telolet Om'
Ketika wakil-wakil kami di parlemen lawakannya begitu memuakkan kami berdiri di pinggir jalan dan berteriak, Â 'Om Telolet Om'
Ketika para pelayan kami sibuk memikirkan dirinya sendiri dan merampok uang yang seharusnya untuk kami, kami ke pinggir jalan untuk melupakan kepedihan sambil berseru, Om Telolet Om'
Ketika hiruk pikuk pilkada diwarnai intrik yang memalukan kami  menutup wajah di pinggir jalan sambil memohon, 'Om Telolet Om'
Ketika agama dan orang-orang 'sucinya' sibuk mengumbar kebencian dan permusuhan kami ke pinggir jalan mencari kesejukan, Om Telolet Om'
Ketika pengadilan dan hukum hanya sekedar mengumbar kebenaran semu dan harapan palsu kami ke pinggir jalan menaruh  harapan, 'Om Telolet Om'
Ketika kematian yang mengerikan karena bom menghantui benak kami, kami berdiri di pinggir jalan hendak melupakan kengerian itu sambil berjoget, Om Telolet Om'
Ketika ucapan-ucapan rasis menyumbat telinga dan mengusik nurani kami, kami bersatu di pinggir jalan dengan satu suara, Om Telolet Om'
Terima kasih om untuk teloletnya... Karena telolet kami bisa lega sejenak. Walau batin ini masih sesak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H