Mohon tunggu...
Pitut Saputra
Pitut Saputra Mohon Tunggu... Freelance Adventure || Pelukis || Penulis || Seniman

Selalu ada cerita dalam setiap langkah perjalanan, karena hidup adalah sebuah petualangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ngobrolin Website Sembari Ngabuburit Di Angkringan Delanggu

17 Maret 2025   18:26 Diperbarui: 17 Maret 2025   20:13 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KLATEN-kompasiana.com

Sore ini kebetulan saya berbincang terkait website dan publikasi, dengan Topik, salah seorang kawan pengusaha kuliner angkringan yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Kuliner Delanggu, saat ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa (17/03/2025).

Dalam perbincangan kami Topik memaparkan terkait kesulitan dan kendala yang dihadapinya dalam usaha perdagangan kuliner dan snack, serta aneka ragam jenis minuman, yang omsetnya kian menurun, hampir 70% lebih, terlebih bila cuaca hujan, maka yang terjadi bukannya laba, namun justru merugi.

"Akhir-akhir ini penjualan menurun drastis ketika masuk bulan puasa ramadhan, dari hari ketiga puasa, hingga menjelang tanggal pertengahan ini, rasanya berat sekali mencari uang, apakah ekonomi sedang tidak berputar atau bagaimana?, entahlah." gerutu Topik mengabarkan persoalan kondisi usaha dagang angkringannya.

(Angkringan sederhana dipinggir jalan Jogya - Solo, sumber dok foto google maps)
(Angkringan sederhana dipinggir jalan Jogya - Solo, sumber dok foto google maps)

Sayapun menjawab dengan santai, "Namanya juga bulan puasa kang, pastinya banyak warung yang tutup dan baru buka saat ngabuburit atau waktu menjelang berbuka puasa," jawab saya, ketika nongkrong sembari ngabuburit di angkringan Kang Topik depan pertigaan Sedyo Tentrem, Delanggu.

"Kalau warung jam buka'nya pagi hingga malam hari, ya jelas pelanggan maupun pembelinya berkurang, sebab mereka sedang berpuasa menjalankan perintah agamanya, kalau disuruh beli, yah...itu namanya membatalkan puasa, sampeyan ini, kok ya aneh aneh aja pertanyaan'nya kang," celetuk saya.

Maksudnya begini "Ya benar kondisinya memang lagi bulan puasa, dan pengunjung kebanyakan, berbelanja ketika menjelang waktu berbuka puasa, namun kan tidak semua orang berpuasa, khususnya yang non muslim, apakah karena mereka menghormati yang muslim, atau karena malu saat berbelanja di angkringan ketika bulan puasa ?." tanya Topik kembali, seolah meraba-raba apa yang sedang terjadi dan menyebabkan warung angkringan'nya sepi pembeli.

Saya terkekeh, mendengar jawaban polos dari Kang Topik," Benar memang tidak semua orang berpuasa, dan benar juga kemungkinan mereka enggan berbelanja ke warung angkringan, karena ada rasa segan, dan kurang nyaman ketika di sekelilingnya berpuasa, wajarlah itu, walau tidak ada larangan ataupun dosa ketika mereka berbelanja maupun minum es teh juga, di waktu bulan puasa. Karena kan memang non muslim, ajaran dan keyakinan serta kepercayaan'nya sudah berbeda, jadi tidak ada kewajiban berpuasa, kalaupun ada yang enggan berbelanja ke warung, mungkin itu hanya sebatas sebuah rasa toleransi antar umat beragama saja, yang sedang di jalankan. Sebab kalaupun berbelanja, mungkin juga di bungkus atau tidak makan di tempat, karena kultur Jawa ini khusunya di Delanggu kan memang mayoritas muslim, jadi mereka memang menjaga rasa, menjaga hati, pada rekan maupun saudaranya, agar tidak tergoda buat membatalkan puasa. Itulah sebuah sikap yang layak di acungi jempol Kang Topik, bukan justru dikeluhkan, kalaupun kemudian berimbas pada omset penjualan di warung, itu juga tidak seberapa saya pikir, karena memang mereka minoritas di sini, itulah salah satu alasan yang paling memungkinkan, karena mereka masih memegang erat budaya Jawa dan tradisi toleransi dengan umat muslim, jadi tidak sembarangan berbelanja, khususnya ketika waktu sedang banyak yang menjalankan ibadah puasa," terang saya.


Topik kemudian menyambung "Benar juga sih, tapi kira-kira langkah apa yang memungkinkan, guna antisipasi dari kelesuan dagang ini, apakah bisa diakali, dengan salah satu alternatif solusi, Misalnya kita nitip dagangan, ke warung-warung yang lain, ataupun dengan membuat sebuah iklan dan media promosi berupa MMT biar makin bisa di lihat banyak orang atau calon pengunjung gitu ya kang? Tapi bukankah untuk langkah tersebut memerlukan beaya yang tidak sedikit." ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun