Mohon tunggu...
Pitut Saputra
Pitut Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Adventure || Pelukis || Penulis || Seniman

Hi' Im Freelance Adventure From Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Perempuan Perempuan Perkasa Di Hari Ibu Yang Spesial

22 Desember 2024   02:11 Diperbarui: 22 Desember 2024   02:11 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Perempuan-perempuan perkasa di era perkembangan tekhnologi )

SURAKARTA.kompasiana.com-
Minggu 22 Desember 2024 adalah hari spesial buat para ibu, karena pada tanggal ini adalah momen spesial yang diperingati sebagai Hari Ibu dan dirayakan setiap tanggal 22 Desember di Indonesia, Hari ini didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi peran penting ibu dalam keluarga dan masyarakat, Peringatan Hari Ibu di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berakar dari Kongres Perempuan Indonesia pertama yang diadakan pada tahun 1928 di Yogyakarta.

Menurut sumber Wikipedia Hari ibu di Amerika Serikat dirayakan pertama kali pada 1908, ketika Anna Jarvis mengadakan peringatan atas kematian ibunya di Grafton, West Virginia, pada 1908. Kongres Amerika Serikat menolak proposal untuk menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur nasional, namun pada 1911, seluruh negara bagian di Amerika Serikat menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur, serta Pada 1914, Woodrow Wilson menandatangani deklarasi untuk menjadikan Hari Ibu sebagai hari libur nasional.

Di Indonesia sendiri Hari Ibu dirayakan secara nasional pada tanggal 22 Desember, tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928,  tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Hari Ibu di kemudian dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928, Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta, saat itu Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra, saat itu di Indonesia, organisasi wanita telah ada sejak 1912, terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan wanita Indonesia pada abad ke-19 seperti Kartini, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan sebagainya.

Kongres tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan, pasca kongres kemudian hal ini menjadi tonggak Peringatan Hari Ibu yang dirayakan setiap tahunnya sebagai bentuk penghargaan kepada perjuangan perempuan Indonesia dari masa ke masa, dalam mengambil peran di setiap derap pembangunan, perempuan mengisi ruang-ruang kontribusi dalam merebut kemerdekaan, menyuarakan berbagai permasalahan, dan turut mencari serta menjadi solusi guna mengantar Bangsa Indonesia hingga seperti saat ini.

( Bu Nina salah seorang Srikandi Ojol pengantar makanan Soloraya )
( Bu Nina salah seorang Srikandi Ojol pengantar makanan Soloraya )


Menurut catatan perjalanan sejarah, perjuangan kesetaraan gender memang mengalami banyak lika liku dari dulu hingga saat ini, karenanya bisa kita lihat peran perempuan kini hampir di segala sektor pekerjaan serta tak jarang yang justru menjadi ujung tombak perekonomian keluarga, maupun seorang pemimpin dan pengambil kebijakan, terlepas dari perspektif agama dan kepercayaan, namun faktanya memang terjadi, dari Presiden, Bupati, Kepala Desa hingga buruh kuli panggul di pasar maupun, pembantu pengatur lalu lintas jalan dan parkir, serta hampir segala bidang pekerjaan, kiprah perempuan seolah sudah setrara dengan laki laki, walaupun ada perbedaan fisik dan terkadang diskriminasi juga masih sering terjadi, namun nyatanya tak jarang banyak perempuan-perempuan perkasa yang berhasil melewatinya.

Apapun argumentasi yang menganggap perempuan adalah pendamping dan kepalanya adalah laki laki, fakta berbicara di era saat ini, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh, jika dalam sebuah keluarga mungkin iya, namun kalau sudah di lingkungan pekerjaan, seolah anggapan tersebut bias dengan sendirinya, dan saya juga tidak mau terjebak dalam bias ini, dalam konteks ini kita hanya mencoba melihat dalam persepektif yang lain yakni bingkai perjuangan, bagiamana kemudian perempuan perempuan perkasa ini tidaklah menyerah dengan situasi dan kondisi.

Satu contoh nyata dan fakta bila kita memperhatikan di Pasar Badung Denpasar Bali, misalnya betapa para perempuan perkasa menjadi buruh gendong dagangan pasar yang baru tiba dari pick up maupun truk dan kendaraan lainnya, di sisi lain hampir di setiap pasar pasar Desa di Daerah manapun, perempuan selalu mendominasi jalannya roda perdagangan pasar, tengok saja pasar disekitar kita, lebih banyak pedagang perempuan atau laki laki yang di pasar, hal inilah kemudian lambat laun menjadi sebuah permakluman, sementara terlepas dari latar belakang dan situasi serta kondisi di lapangan, kehadiran perempuan telah mewarnai lika liku perjalanan hidup yang berwarna.

( Bu Tria salah seorang Srikandi Ojol panutan driver perempuan di Soloraya )
( Bu Tria salah seorang Srikandi Ojol panutan driver perempuan di Soloraya )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun