Mohon tunggu...
Yupiter Telaumbanua
Yupiter Telaumbanua Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa/Pekerja Paruh Waktu

Hiking, Playing badminton, and Listening to music

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Alasan Saya Memulai Menulis

2 Juli 2021   11:12 Diperbarui: 29 Desember 2023   13:14 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Imajinasi (Dokpri)

Saya tidak bisa membayangkan seperti apa dunia saat ini jika tulisan belum ditemukan pada masa Proto dengan sistem ideografik dan simbol mnemonik hingga perkembangannya sampai hari ini. Mungkin saja dulu kita tidak bisa merasakan kenangan indah menulis surat cinta untuk sang kekasih. Atau minimal bagi yang tidak pacaran saat itu punya pengalaman lain seperti cerita Ayah saya ketika SMA. Saat itu handphone menjadi barang langkah jadi satu-satu cara komunikasi jarak jauh ialah menulis surat dan mengirimnya melalui Pos. Ketika Pak Pos sampai di rumah, orangtua baru mengetahui kabar anaknya beserta penderitaannya di rantau orang. Bisa menulis (melek aksara) ? Selamat ! Anda termasuk orang yang beruntung karena bisa berkomunikasi lewat tulisan written communication.

Perkembangan dunia pendidikan, politik, sosial dan budaya tidak terlepas dari ujung pena para penulis. Melalui tulisan mereka kita bisa mengetahui apa yang terjadi sebelum kita ada. Seperti halnya sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, sejarah Thomas Alva Edison menemukan lampu pijar, sejarah berdirinya GMKI, Kemelut UKSW 1994-1995, dan banyak hal lainnya yang bisa kita ketahui dari ujung pena para penulis.

Lalu bagaimana dengan saya ? Apa alasan dan tujuan saya menulis ? Kalau tulisan ini belum bisa mengkomunikasikan dengan baik jawaban atas pertanyaan refleksi di atas, itu artinya saat ini saya mempunyai keterbatasan dalam hal tersebut. Banyak orang yang menyadari keterbatasannya, termasuk dalam hal menulis. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha mencari cara dengan memperbanyak waktu membaca, ikut komunitas, dan berlatih terus agar mengubah keterbatasan itu menjadi sebuah peluang. Tidak bisa dipungkiri juga tidak sedikit orang terjebak hanya karna ketidaktahuan. Konyolnya langsung memvonis diri  bahwa tidak bisa menulis. Sayangnya vonis itu tidak dijadikan motivasi untuk mencari tau dan belajar namun dijadikan alasan untuk tidak berbuat apa-apa. Bahkan bergabung dalam komunitas menulis pun tidak.

Kemampuan menulis sangat penting "orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian" (Pramoedya Ananta Toer). Berkat ujung pena tidak sedikit orang bisa dikenal hingga dikenang selamanya. Apa yang terlintas dikepala kita saat mendengar nama Sapardi Djoko Damono (SDD) ? Saya baru tau beliau satu tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 19 Juli 2020. Hari itu hampir semua instastory instagram dan whatsApp dipenuhi ucapan turut berduka cita bahkan menjadi berita utama di berbagai media. Sebagai penggiat seni dan social media. Rasa penasaran mendorong saya untuk membaca profil dan karya Eyang di internet. Karyanya menggambarkan almarhum Eyang Sapardi merupakan seorang penyair handal Indonesia. Dengan demikian untuk mengenang almarhum Eyang Sapardi sayapun abadikan momen tersebut melalui postingan di instagram dengan mengutip puisinya "Yang fana adalah waktu. Kita abadi" (Hujan Bulan Juni-1994).

 

Penulis : Yupiter Telaumbanua (YT)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun