Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

The Art of Reading: Mengapa 90% Buku yang Dibeli Tidak (Habis) Dibaca dan Cara Mengatasinya

30 Mei 2023   12:23 Diperbarui: 30 Mei 2023   12:33 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halaman pertama buku menampilkan ulasan-ulasan dari para pembaca. Salah satunya mengatakan "Minat baca orang Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara maju, hal tersebut terjadi karena mereka tidak mengetahui cara baca yang efektif dan menyengkan. Buku ini akan merevolusi cara membaca Anda." Ungkap Bong Candra (Penulis Bestseller Unlimited Wealth dan The Science of Lack).

Berjudul The Art of Reading karya Agus Setiawan, kiranya kata "art" yang dipilih memang sangat mewakili isi bukunya. Setiap bab akan dihiasi dengan gambar pendukung serta penjelasan yang tidak sulit untuk dimengerti. Sangat cocok untuk mereka yang masih kesulitan dalam mengartikan sebuah bacaan ataupun bagi mereka yang hanya hobi beli buku namun tidak pernah dibaca.

Mengapa Minat Baca Semakin Turun

Dibuka dengan ilustrasi "seorang sarjana yang baru lulus kuliah sedang mengepak buku-buku kuliahnya yang telah menumpuk selama 8 semester. Setelah menyimpan buku tersebut, Ia sempat bersumpah dalam hati untuk tidak akan membaca buku lagi. Pernahkah Anda merasakan perasaan seperti ini? 

Bagi saya fenomena ini sangat familiar, bahkan saya mengalaminya juga. Namun tentu tidak untuk dijadikan penghargaan, bukan?

Pembahasan berlanjut menuju poin-poin "Budaya Baca di Finlandia"  di antaranya:

  • Orang tua yang baru melahirkan bayi diberi paket pertumbuhan anak dari pemerintah, termasuk buku.

Saya pertama kalinya mengetahui informasi ini. Pantas saja katanya di sana tidak akan sulit untuk menemukan pemandangan orang-orang yang sedang membaca buku, sebab dari bayi sudah difasilitasi agar warga negaranya aware terhadap buku. Tentu hal ini tidak bisa menjadi tanggungjawab bagi salah satu pihak saja, harus ada kolaborasi di antara banyak pihak sehingga kebijakan berjalan dengan tepat.

  • Terdapat perpustakaan di mal-mal. Selain itu, ada bus buku keliling yang selalu membuat masyarakat bisa mengakses buku dengan gampang.

Di sini pun kiranya sudah cukup banyak ditemukan perpustakaan di mal-mal. Namun pengunjungnya tidak seramai di arena bermain ataupun tempat makan. Why?

  • Tidak ada kelas untuk anak berbakat. Kelas khusus lebih difokuskan pada anak yang tertinggal dalam hal membaca, dll

Kita ketahui bahwa kemampuan anak berbeda-beda termasuk dalam membaca. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sekitar ketika ada anak yang belum bisa baca (padahal teman yang lainnya sudah bisa) seakan-akan mendapat cap bahwa dia yang bermasalah sehingga menjadi pembenaran untuk diabaikan dan tertinggal saat mengikuti pembelajaran. Di lain pihak bagi anak-anak berbakat selalu mendapat perhatian lebih dalam berbagai hal.

Masih ada poin-poin yang lainnya, tidak kalah menarik untuk dikaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun