Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monolog: Sisyphus

23 Maret 2023   08:31 Diperbarui: 23 Maret 2023   08:41 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika saya megatakan bahwa kita adalah para Sisyphus, apakah saya layak menerima dakwaan atas 7 Deadly Sins?"

Kisah ini bermula dari seseorang yang menerima kutukan paling kejam dalam sejarah peradaban manusia. Ya, dia adalah Sisyphus. Seorang raja dari kerajaan Efira, dia tamak, licik, dan berkali-kali membangkang terhadap perintah dewa, serta suka berbuat hal-hal mengerikan terhadap rakyatnya. 

Pada masa itu, kiranya Sisyphus tidak layak disebut sebagai manusia. Sehingga Dewa Zeus memutuskan untuk menghukumnya. Mengingat perbuatan dia yang sangat kejam, tentulah hukumanya juga harus setimpal. Untuk itu Dewa Zeus mengambilnya dari dunia dan melemparkannya ke dalam neraka. Di dalam neraka ini Sisyphus dikutuk. Dia terus-menerus mendorong batu yang sangat besar ke atas bukit, namun ketika akan mencapai puncak, secara otomatis batu itu menggelinding kembali ke kaki bukit. Karena dia tamak, Sisyphus melakukan pekerjaan tersebut berkali-kali untuk selamanya.

Lalu mereka saling berbisik. "Ha, kita adalah para Sisyphus? Sebelah mananya yang mirip? Toh tidak ada yang mendikte untuk mendorong batu besar ke atas bukit. Apalagi sampai ada yang melemparkan ke dalam neraka."

Yang lain ikut menimbrung, "Alah, kalau mau sesat sendiri saja. Jangan meracuni orang lain untuk ikut juga. Mentang-mentang berpendidikan ngomong sembarangan."

"Aduh, akan bagaimana masa depan bangsa? Generasinya modelan begini!" Pungkasnya.

Tok, tok, tok. Suara palu dipukul tiga kali. Sang hakim bertanya, "Apakah ada pembelaan lain yang ingin anda sampaikan?"

Setelah terdiam cukup lama sambil mengamati kondisi di ruangan ini. Akhirnya saya membuka suara. "Ya, saya telah melakukan dosa. Dosa besar yang tergabung dalam 7 Deadly Sins. Namun sebelumnya saya ingin mengetahui dosa manakah yang telah saya lakukan?

Persidangan selesai. Tiba saatnya untuk membacakan dakwaan.

Hamparan padang pasir di sepanjang mata menatap. Hembusan angin kali ini terasa tidak nyaman. Tak lama kemudian, matahari telah sampai tepat di atas kepala. Namun anehnya, matahari itu tidak kunjung terbenam. Dia bertahan lama berada di atas kepala sehingga saya mulai terasa seperti terbakar. Sebuah fenomena lain muncul. Jika semula yang terlihat adalah hamparan padang pasir. Kali ini semua berubah menjadi dipenuhi tumbuhan berduri. Tepat tidak jauh dari hadapan saya, berdiri sebuah pohon rindang yang sangat kokoh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun