Mohon tunggu...
Pitra S
Pitra S Mohon Tunggu... -

Biografi saya bisa dibaca di www.media-ide.com :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bertutur Sopan di Social Media

25 Januari 2010   05:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:17 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal yang berkesan dari Barcamp Indonesia tadi adalah presentasi dari Ilya. Ia bercerita tentang kata-kata kotor yang mewarnai dunia social media kita. Kata-kata makian kotor yang diawali dengan huruf N, K, M, dan J (sebut saja sendiri) yang ternyata cukup banyak muncul di Twitter, terutama dilakukan oleh teman-teman kita yang masih muda. Hal yang mungkin di awal kita membacanya terlihat lucu, tapi saat kita membaca dan terus membaca tweet dengan kata-kata kotor itu, kelucuan segera terbenam. Yang muncul adalah perkataan, “Astaga! Sedemikian parahnya kah teman-teman kita? Memaki-maki orang tua, guru, teman, saudara dengan kata-kata yang tidak pantas?” Ternyata belum semua paham bertata krama dalam kata di Facebook, Twitter, ataupun social media lainnya. Seakan-akan social media menjadi tempat pelampiasan kekesalan, kemarahan, dengan memaki-maki dan menjelek-jelekkan orang lain. Si pengumpat tak sadar kalau ia sebenarnya berada di ranah publik (bukan di ranah pribadinya sendiri). Setuju, kalau kemarahan itu harus dilampiaskan. Tidak setuju, kalau Anda melakukannya melalui ranah publik yang bisa dibaca oleh semua orang. Yang rusak bukan hanya nama Anda yang suka memaki-maki. Nama keluarga dan teman-teman Anda pun ikut rusak. Sebelum Ilya bercerita, kejadian serupa terjadi di anggota keluarga beberapa hari lalu. Seorang sepupu melampiaskan kekesalannya kepada anggota keluarga lainnya melalui status update-nya di Facebook. Si sepupu memang masih muda, dan belum paham akan konsekuensinya menuliskan status update tersebut. Ejekan, makian (meski tidak menggunakan kata kotor) bermunculan di status update-nya. Anggota keluarga yang terejek pun tahu. Sebagai sesama anggota keluarga, perilaku ini pun akhirnya dibicarakan, dan tentunya dimaafkan. Yang kami khawatirkan adalah, saat si sepupu nanti hidup di dunia profesional tapi perilakunya masih belum berubah. Ejekan melalui status update di Facebook bisa merusak citra dirinya, keluarganya, dan teman-teman di sekitarnya. Bukan tak mungkin bisa memicu kerisuhan lebih lanjut seperti pemerkaraan pencemaran nama baik. Kembali ke kasus di Twitter. Silakan Anda cek sendiri melalui fitur pencari di Twitter dan masukkan kata-kata kotor dengan awalan N, K, M, J di atas. Kalau ada di antara para pengguna Twitter yang kenal dengan mereka, mohon ingatkan mereka. Anda nggak akan memaki-maki keras orang lain di tengah jalan raya penuh sesak dengan orang bukan? Bantu ingatkan mereka untuk berkata-kata lebih santun. Twitter, Facebook, dan social media lainnya bukan milik mereka pribadi. Seperti jalan raya, banyak pribadi lainnya berada di sana. Bantulah menghidupkan social media Indonesia dengan konten yang positif. Hmm, apakah setelah ini di Twitter akan muncul hashtag #tutursopan? Kredit foto: Tom Arthur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun