Bapak Jokowi Yang Terhormat.
Salam sejahtera.
Seperti apa yang saya kemukakan pada tulisan terdahulu [Surat untuk Jokowi] Dukung Dr. Ing. Jonatan Lassa, MSc Figur Muda Berkompeten Asal NTT Sebagai Menteri Pembangunan Daerah Berpotensi Maju, lewat artikel ini saya mengungkapkan pemikiran-pemikiran dan agenda Dr. Ing. Jonatan Lassa, MSc menyangkut Kementrian Daerah Berpotensi Maju (KDBM) tersebut sebagai ganti Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT). Pemikiran ini menurut Dr. Lassa dibuat bukan sekedar agar bisa meraih posisi menteri dimaksud tapi lebih dari itu menjadi sumbangsih pemikiran agar dapat diterapkan oleh siapapun yang dipercaya menduduki posisi tersebut demi INDONESIA HEBAT idaman kita bersama.
Rencana kerja ini juga sebagai wujud kesiapan yang bersangkutan bila nanti diberi kepercayaan untuk ikut membantu dalam Kabinet yang Bapak pimpin. Dengan menyimak rekam jejak dan mengetahui rencana yang dibuat maka harapannya Bapak bisa lebih mengenal figur alternatif asal NTT ini secara utuh. Juga mengingat fakta bahwa beliau sangat potensial namun jauh dari hiruk-pikuk politik dan pusat kekuasaan sehingga luput dari bidikan media.
Lewat rekam jejak, pemikiran dan agenda yang diungkap secara terbuka, diharapkan semua elemen masyarakat ikut terlibat memberi koreksi, kritik dan saran agar tercipta rasa kebersamaan dan tanggung jawab membangun tanah air tercinta Indonesia.
Berikut petikan pemikiran dan agenda Dr. Jonatan A. Lassa, MSc yang telah dirancangkan.
Agenda saya yang paling utama (walaupun (tidak) terpilih nanti) adalah mendorong pemerintah mengubah istilah kementrian daerah tertinggal menjadi kementrian daerah potensial atau daerah berpotensi maju secara ekonomi sosial dan budaya. Kementrian Daerah Berpotensi Maju (KDBM) akan menjadi bendera yang memberikan pesan optimis bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Konotasi 'daerah tertinggal' memberikan makna yang keliru tentang potensi daerah-daerah tersebut. Daerah 'tertinggal' bukanlah daerah yang miskin sumber daya alam. Sebaiknya, seharusnya dipahami bahwa tiap daerah memiliki potensi untuk berkembang menuju potensi yang tak terbatas karena manusia merupakan makluk kreatif yang di banyak tempat di dunia terbukti mampu mengubah nasibnya dari 'tertinggal' dan miskin menjadi sejahterah bahkan berdaya saing global. Singapura adalah salah satu contohnya. Dengan berbagai ketertinggalan di era tahun 1960an namun dengan visi yang jelas dari pemipinnya dan tekad untuk sehat dan pintar (pendidikan) serta kerja keras mampu menjadi negara maju hanya dalam waktu 20-30 tahun kemudian.
Dalam terminologi yang 'merendahkan' dan pesimistis, bisa dipahami 'daerah tertinggal' adalah daerah yang rentan terhadap ancaman bencana maupun kemiskinan. Daerah yang ketahanan pangan dan airnya rentan atas berbagai tekanan alam maupun sosial ekonomi politik. Daerah yang rawan dan kurang mampu.
Mengapa daerah berpotensi maju (yang di cap tertinggal/terkebelakang) sering menghadapi berbagai persoala kemiskinan dan kerentanan pada berbagai ancaman dan cenderung rentan? Sebelum menjawab hal di atas mari kita melihat berbagai fakta soal ini.
Pertama, Jutaan rakyat Indonesia masih hidup dalam belenggu kemiskinan dan kemelaratan. Hasil Penelitian Dr. Ermi Ndoen (Tesis Doktor Universitas Griffith, Australia) menunjukan bahwa daerah-daerah perbatasan baik antar negara maupun antar wilayah administrasi memiliki kecenderingan sebagai daerah-daerah konsentrasi berbagai masalah kesehatan termasuk malaria. Daerah-daerah 'tertinggal' cenderung rentan bencana, rentan pangan, rentan penyakit, rentan putus sekolah karena dan sederet kerentanan sosial ekonomi lainnya. Daerah tertinggal sejatinya tidak sama dengan propinsi tertinggal karena tidak semua desa tertinggal terletak hanya di propinsi tertinggal. Juga di berbagai propinsi-propinsi yang dilabeli tertinggal justru memiliki kantong-kantong masyarakat yang telah keluar dari masalah kemiskinan terutama kelurahan-kelurahan tertentu di ibu kota propinsi di tanah air.
Daerah berpotensi maju (maupun daerah maju berpotensi tertinggal) intinya berbicara soal tempat atau ruang yang mengalami keterisolasian multi-dimensi.