Jam itu tak lelah menghitung detiknya.
Obat-obatan tak jenuh dihanyutkan ke tenggorokan.
Sang ranjang tak penat menopang tubuh yang lunglai.
Pintu berseru mengajak keluar-masuk.
Angin menantang berkeliling dunia.
Mentari terbenam membawa kisah lalu terbit mengabari harapan.
Seisi lemari bersiap mendandani.
Jendela membuka diri menatap jagat.
Langit-langit menjanjikan ribuan bintang berkilau.
Hmmm...
Lampu itu harus tetap bersinar.
Bila tak sanggup karung pemulung siap menampung.
------
Kamarku, Agustus 2012.
2 tahun 4 bulan melawan Myelitis Transversa.
[Puisi pertama yang kubuat semur hidup. Dengan konsep sastra yg minim. Memakai benda-benda yang selalu menemani selama lumpuh.
Hanya ingin menyampaikan isi hati lewat untaian syair yang semoga bisa dimengerti. Tidak dimengertipun tidak mengapa, setidaknya diri sendiri memahaminya]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H