Menemukan bunga ekam membutuhkan perjuangan ekstra. Perlu mencarinya dengan masuk ke hutan 1-2 hari sebelum natal. Nah, biasanya "prosesi" mencari bunga ekam ini menjadi "permainan" tersendiri. Menjelang natal, anak-anak biasanya ramai-ramai pergi ke hutan, menuju tempat yang diyakini terdapat bunga ekam. Bila ada yang ditemukan, pohon natal itu dipotong dan dibawa beramai-ramai ke gereja dengan hati-hati agar ranting-ranting bunganya tidak patah.
Terkadang kami sudah mencarinya seminggu sebelum natal sekedar menemukan dan menandai lokasinya, sehari sebelum natal baru diambil. Nantinya bunga ekam ini dihias menjadi pohon natal yang elegan. Sungguh sebuah keceriaan yang berbeda dan membuat selalu terkenang.
Kegiatan mencari pohon natal ini sudah makin memudar seiring digunakannya pohon natal buatan yang dinilai lebih praktis dan modern namun sadar atau tidak banyak sisi menarik yang hilang dari perubahan ini sebut saja kebersamaan ketika mencari ekam dan cinta alam dengan menggunakan pohon natal alami.
Kini semua tinggal kenangan dan kenangan tetaplah kenangan tidak bisa diulang kembali. Dulu harus menjalani waktu sebagai seorang bocah kecil sedangkan saat ini harus menikmati suasana sesuai keberadaan yang tidak kanak-kanak lagi. Waktu terus berlalu dan kita tidak bisa memutarnya kembali, kita hanya bisa mengenang untuk menjadikannya penyemangat dalam menghadapi hari esok dengan pembawaannya tersendiri.
SELAMAT MENYONGSONG NATAL, 25 DESEMBER 2013.
Artikel terkait: Flamboyan itu Sudah Berbunga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H