Kecintaan terhadap masyarakat juga dibuktikan Helmi dengan meng up grade Rumah Sakit Daerah Kota Bengkulu yang saat ini berubah nama Rumah Sakit Harapan dan Doa. Mulai dari alat, tenaga medis dan pelayanan. Di RS ini, pasien bisa mendapatkan fasilitas salon kecantikan ketika dinyatakan boleh pulang ke rumah. Semuanya gratis tanpa bayaran. Pasien yang datang diutamakan untuk dilayani dengan prima. "Rumah sakit ini untuk seluruh warga kota Bengkulu dengan layanan prima rasa bintang lima," papar Helmi.
Ini hanya sekelumit cerita dan rasa apa yang terjadi di kota Bengkulu. Saya rasa, akan sangat egois jika kebahagiaan itu hanya dirasakan disini. Lihatlah bagaimana kegundahan Helmi ketika Covid menyerang Kota Bengkulu, tidak perlu pikir panjang dan birokrasi berbelit. Helmi dan wakilnya memberikan bantuan Beras dan Mie. Itu pun masih dipelintir dengan kalimat cari panggung atau pencitraan. Tapi Helmi tetap berkeyakinan bahwa manusia apalagi seorang Amir (pemimpin) itu harus melindungi dan memberikan rasa aman bagi warganya. "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya" (HR. Ahmad, At-Thabrani Ad- Daruqutni).
Semua yang mencemooh pun hanya terdiam ketika Helmi memikul beras dan mie langsung menuju rumah-rumah warga. "Warga cukup di rumah saja, biar kami yang mengantarkan beras dan mie nya," tegasnya.
Saya kira, sungguh tidak adil jika semua kebaikan-kebaikan yang diterima warga kota Bengkulu tidak dirasakan oleh masyarakat di daerah lain di pelosok Bengkulu. Helmi telah bersedekah melalui dirinya dan pikirannya, Religius dan bahagia itu perjuangannya. Diantara fitnah dan cinta, biarkan asa dan do'a yang "bertarung dilangit".
*Penulis adalah seorang Hamba Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H