Di sini kita tampaknya menemui jalan buntu. Tidaklah cukup membayangkan sosok Yesus "umum", atau "dibagi" oleh, orang Kristen dan Muslim. Namun tidaklah bermanfaat hanya dengan mengutuk Muslim karena menolak ajaran Gereja tentang Kristus. Untungnya, ada cara lain, yakni dengan menunjukkan kepada orang-orang Kristen koherensi dan keindahan ajaran Islam tentang Yesus bagi umat Islam. Pada saat yang sama, mereka menunjukkan kepada umat Islam koherensi dan keindahan ajaran Kristen tentang Yesus bagi orang Kristen. Belajar tentang yang lain, dan belajar untuk mengasihi yang lain, dapat menuntun orang Kristen memperkuat keyakinan.
Pada akhirnya, semuanya bertumpu pada kualitas pertanyaan. Ada pertanyaan polemik yang tidak menarik, meskipun mungkin perlu dijawab. Dan pertanyaan lain tidak hanya sah tetapi dapat membantu kita tumbuh dalam pemahaman iman kita, seperti "Bagaimana Yesus bisa mati di kayu salib jika dia adalah Tuhan?" Terkadang hanya intonasi yang membedakannya.
Perjumpaan musim suci Paskah dan Ramadhan tahun ini bisa menjadi kesempatan bagi umat Kristen dan Muslim untuk saling belajar dengan cara yang tetap beramal, tanpa terjerumus ke dalam pluralisme sederhana. Memang, mungkin lebih dermawan untuk membiarkan Injil dan ajaran Islam menjadi apa adanya, dan tidak secara artifisial menggabungkannya menjadi apa yang bukan. Dengan kata lain, orang Kristen dan Muslim tidak perlu setuju, tetapi mereka mungkin belajar untuk tidak setuju dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H