Yang menarik adalah perempuan dengan pengalaman penindasan akan lebih mungkin mengembangkan Shin Byung daripada perempuan yang hidupnya mapan. Shin Byung terkait erat dengan pengalaman psikologis, sosial, budaya, dan keluarga perempuan dari rasa sakit sebagai perempuan. Karena penderitaan yang mereka alami, mereka akhirnya lebih sensitif dan mampu menanggapi panggilan ilahi. Lebih dari itu, mereka menawarkan harapan yang bersumber pada penderitaan yang ditanggung oleh mereka sendiri, "penyembuh yang terluka", kata Henri Nouwen.
Bagi saya, pengalaman menjadi Mudang juga adalah apa yang dialami oleh ibu-ibu SEPEKITA. Mereka juga adalah korban, namun kekuatan yang mereka peroleh untuk pelayanan solidaritas berasal dari ketahanan mereka, Han (), "kondisi hati yang dipengaruhi pengalaman penderitaan". Namun han bukan hanya masalah hati.Â
Han juga diwujudkan dalam kehidupan masyarakat sebagai totalitas, karena dapat menyatukan orang-orang dari budaya, sejarah, dan lokasi yang berbeda. Imigran dari satu negara mungkin memahami imigran dari negara lain, karena mereka tahu bagaimana menjadi orang asing di negeri asing.Â
Di mana ada penderitaan, di situ ada orang yang merasa han di hati dan tubuhnya. Singkatnya, Han memungkinkan kita mendengar suara han, merasakan kehadiran han, dan melihat wajah han pada diri orang lain. Ketika han bertemu han, kreativitas dan energi yang sebelumnya tidak diketahui muncul.
Para sahabat semua! Saya bersyukur karena menulis konsep Mudang ini di Hari Raya Kabar Sukacita--- tentang Kabar Malaikat yang diterima Maria dengan segenap kehendak, jiwa dan raganya. Bagi saya, perayaan ini juga adalah panggilan seorang perempuan rentan untuk misi yang amat luas, amat dalam, panjang dan lebar.Â
Sayangnya, hampir setiap perayaan ekaristi Hari Raya Kabar Sukacita yang saya hadiri sangat jarang tekanan pada Maria sebagai perempuan yang rentan masuk dalam pertimbangan seorang imam dalam berkotbah. Padahal panggilan itu tidak mudah, penuh resiko.Â
Namun yang menarik, ketika Maria menerima kabar Malaikat, dia lalu mengunjungi Elisabet saudarinya yang hamil di usia tua. Dan ketika dia memberi salam, Elisabet lantas menjawab, "Ketika salammu sampai ke telingaku, bayi dalam rahimku melonjak kegirangan". Inilah dimensi apostolik dari perayaan yang kita rayakan pada hari ini, Kabar Sukacita. Kabar baik yang direngkuh seorang perempuan rentan hingga menembusi jiwanya sendiri.
Untuk kalian semua kaum perempuan, salam Maria...
Warm Regard
Petrus Pit Duka Karwayu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H