Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maria, Mudang

25 Maret 2022   17:13 Diperbarui: 25 Maret 2022   17:19 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://shamanism.sgarrigues.net/

Yang menarik adalah perempuan dengan pengalaman penindasan akan lebih mungkin mengembangkan Shin Byung daripada perempuan yang hidupnya mapan. Shin Byung terkait erat dengan pengalaman psikologis, sosial, budaya, dan keluarga perempuan dari rasa sakit sebagai perempuan. Karena penderitaan yang mereka alami, mereka akhirnya lebih sensitif dan mampu menanggapi panggilan ilahi. Lebih dari itu, mereka menawarkan harapan yang bersumber pada penderitaan yang ditanggung oleh mereka sendiri, "penyembuh yang terluka", kata Henri Nouwen.

Bagi saya, pengalaman menjadi Mudang juga adalah apa yang dialami oleh ibu-ibu SEPEKITA. Mereka juga adalah korban, namun kekuatan yang mereka peroleh untuk pelayanan solidaritas berasal dari ketahanan mereka, Han (), "kondisi hati yang dipengaruhi pengalaman penderitaan". Namun han bukan hanya masalah hati. 

Han juga diwujudkan dalam kehidupan masyarakat sebagai totalitas, karena dapat menyatukan orang-orang dari budaya, sejarah, dan lokasi yang berbeda. Imigran dari satu negara mungkin memahami imigran dari negara lain, karena mereka tahu bagaimana menjadi orang asing di negeri asing. 

Di mana ada penderitaan, di situ ada orang yang merasa han di hati dan tubuhnya. Singkatnya, Han memungkinkan kita mendengar suara han, merasakan kehadiran han, dan melihat wajah han pada diri orang lain. Ketika han bertemu han, kreativitas dan energi yang sebelumnya tidak diketahui muncul.

Para sahabat semua! Saya bersyukur karena menulis konsep Mudang ini di Hari Raya Kabar Sukacita--- tentang Kabar Malaikat yang diterima Maria dengan segenap kehendak, jiwa dan raganya. Bagi saya, perayaan ini juga adalah panggilan seorang perempuan rentan untuk misi yang amat luas, amat dalam, panjang dan lebar. 

Sayangnya, hampir setiap perayaan ekaristi Hari Raya Kabar Sukacita yang saya hadiri sangat jarang tekanan pada Maria sebagai perempuan yang rentan masuk dalam pertimbangan seorang imam dalam berkotbah. Padahal panggilan itu tidak mudah, penuh resiko. 

Namun yang menarik, ketika Maria menerima kabar Malaikat, dia lalu mengunjungi Elisabet saudarinya yang hamil di usia tua. Dan ketika dia memberi salam, Elisabet lantas menjawab, "Ketika salammu sampai ke telingaku, bayi dalam rahimku melonjak kegirangan". Inilah dimensi apostolik dari perayaan yang kita rayakan pada hari ini, Kabar Sukacita. Kabar baik yang direngkuh seorang perempuan rentan hingga menembusi jiwanya sendiri.

Untuk kalian semua kaum perempuan, salam Maria...

Warm Regard

Petrus Pit Duka Karwayu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun