Dear Friends,
How are you.
"If yesterday, we always talking about the art and literature, in my letter today, I would like to tell you that sometimes our poem is not having impact anymore to the hearts of the people. They need something different, that influence their cognitive through visual activities." You could debate me.... because what they need is moving their heart to absurdity....."
Mungkin kamu kini bingung sahabatku dengan generasi kita yang banyak menghabiskan waktu di ponsel dan tidak lagi menghargai quality time seperti kita dulu. Tapi, itulah masa mereka, masa penuh kreativitas, dengan ide-ide instan yang terlihat aneh namun siap saji.
Dalam suratku ini akan kuceritakan satu fenomena baru, yang kini menjadi pop culture mengalahkan bioskop-bioskop--- TikTok. Didirikan pada 2012, TikTok menjadi aplikasi berbagi video paling populer di dunia saat ini, diunduh lebih dari 2 miliar kali secara global.
Mereka membuat klip 15 detik yang disetel ke musik atau soundbite, yang dapat mereka overlay dengan efek khusus digital.
Sahabatku, kamu pasti kaget. Bayangkan saja, jika kemarin aku bercerita tentang Hutan dalam kisah persahabatan Merlin dan Arthur di Abad Pertengahan, kini siapa peduli dengan legenda.
Remaja Inggris saja sebelum pandemi virus corona, TikTok dipakai untuk memposting video iseng atau trending terbaru. Tapi sejak lockdown, TikTok menjadi alat pengintai konten yang dibuat pengguna, menghilangkan  kebosanan, kelelahan, dan ketakutan.
Seminggu sebelum Boris Johnson mengumumkan lockdown, 278.000 pengguna Inggris mengunduh TikTok di ponsel mereka, naik 6%. Namun minggu 23 Maret, ketika lockdown diberlakukan, instalasi Inggris melonjak sebesar 34%. TikTok menjadi pengganti aktivitas pergi ke bar, pub atau klub--- warga Inggris akan tinggal di rumah dan menghabiskan waktu di TikTok.
Coba kamu bayangkan, seorang Madeline Mai-Davies (18 tahun) menjadi selebriti TikTok semalam hanya dengan berpura-pura mengejutkan pacarnya telanjang. Virus corona membuat Mai-Davies kehilangan pekerjaannya  dan sekarang memiliki 210.000 pengikut.
Selain Davies, ada juga Akafi Ali yang ingin menjadi pembuat konten lawakan. Ali berhenti dari pekerjaannya sebagai kasir Sainsbury untuk mengejar impian TikTok-nya: menyindir budaya Somalia. Menurutnya TikTok sudah populer sebelum virus corona, tetapi lockdown itu sudah supercharged.