Diarinya 2 Maret 2018
Pagi ini sodara sepupuku merayakan ulang tahunnya. Kami sekeluarga sangat bahagia. hanya saja kata pengantarnya terlalu panjang. Hampir memakan waktu barang sepuluh menitan. Mungkin benar bahwa kebahagiaan kalau dilukiskan dengan kata-kata, sulit mendapat pembatasan.
Bersamaan dengannya, Sahabatku Yopi juga merayakan ulang tahunnya. Bagiku ia sudah menjadi saudaraku sendiri. Dia adalah teman sekampus yang pertama kali kukenal. Saat itu Agustus 2016 di Perpustakaan Kolsani, Kota Baru-Yogyakarta.
Pada tahun yang lalu, aku menghadiakannya buku murahan. Pada tahun ini, aku tak ada modal untuk membelinya hadiah. Namun setidaknya aku telah berdoa untuknya.
Kamarku.Â
Betapa beruntung sosok yang bernama Yopi itu. Ia memiliki sahabat yang selalu mendoakannya. Aku jadinya rindu pada kaka.
Aku terus membacanya. Siapa tahu bisa mengenalinya lebih mendalam. Dan di lembar berikutnya diapun menulis, namun dengan tokoh yang berbeda.
Saya hampir percaya bahwasannya orang yang memiliki ketakteraturan, kacau pada masa mudanya, menyimpan kerapuhan luar biasa di hati. Intuisi ini diperasah lewat waktu dan masa yang kuhabiskan bersama abangku, manusia serigala. Hidup bersamanya hanyalah menghabiskan emosi dan tenaga. Syukurlah ia mulai berubah sekarang.
Saya jadinya merindukan Ar, sahabat teman sekelasku waktu SMA, yang sudah kuanggap seperti sodara kandungku sendiri. hampir tak ada orang di dunia ini yang dapat merenggut kasih sayangku, perhatianku yang tulus darinya. Dia mengajariku bagaimana bertahan hidup. Dan aku mengajarinya bagaimana memahami hidup. Walaupun kebersamaan kami cuman dua tahun, namun berarti selamanya.
Dia saudaraku yang paling kucintai, dan takkan pernah ada orang lain sepertinya. Kendati saat ini aku punya banyak sahabat namun mereka hanyalah partisipan dari cintaku untuk sodaraku.
Di kampus akupun mengenal seorang sahabat yang perawakan, karakter dan pembawaannya seperti Ar.itulah sebabnya saya merasa nyaman berada di dekatnya. Bahkan terlindungi. Ar selalu melarangku untuk merokok lebih dari satu batang, miras secara pas-pasan, dan mengekang tendensiku untuk selalu menjadi yang nomor satu dalam kelas.