Mohon tunggu...
Pita Bnt
Pita Bnt Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tugas kuliah

Mahasiswa Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menolak Lupa: Kisah Orang Rantai dan Perbudakan di Tambang Sawahlunto

7 Maret 2021   11:08 Diperbarui: 7 Maret 2021   11:20 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Saya Pita Bonita, mahasiswa semester dua Universitas Andalas jurusan Sastra Indonesia. Demi memenuhi tugas pada mata kuliah Etnografi Minangkabau, saya mengangkat kembali kisah Orang Rantai yang terjadi di Kota Sawahlunto tempat saya tinggal.

Tepatnya di Jl.Abdurrahman Hakim, Tanah Lapang, Kota Sawahlunto, Museum Situs Lubang Mbah Suro. Disinilah kita bisa melihat dan mengetahui lebih jelas tentang kisah orang rantai. Di sana kita akan dipandu menjelajahi lubang bawah tanah yang menyimpan banyak misteri selama masa penjajahan dahulu.  Termasuk kisah orang rantai.

Nama Sawahlunto di ambil dari dua kata yaitu Sawah dan Lunto. Lembah dari sungai Lunto yang subur kemudian berubah menjadi pertambangan pada masa kolonial Belanda. Aktivitas pertambangan ini dimulai sejak tahun 1892 dengan 48.000 ton produksi batu bara. Tapi, pada tahun 1923 tambang batu bara ombilin ini ditutup karena ada rembesan air yang sangat besar dari batang Lunto serta karena tingginya gas metan pada saat itu.

Tetapi kemudian, untuk mendukung aktivitas pertambangan ini pemerintah kolonial Belanda memanggil narapidana-narapidana dari luar Sumatera Barat, mereka ada yang dari Jawa, Medan dan Sulawesi. Umumnya narapidana yang di panggil adalah para narapidana yang suka membangkang.

Selama mereka bekerja kaki mereka akan dirantai, tapi setelah selesai bekerja dan sudah berada dalam penjara lagi maka tangan mereka juga ikut dirantai. Di Sawahlunto inilah para pekerja dikerahkan habis-habisan tenaganya untuk membuat terowongan tambang. Para pekerja inilah yang disebut dengan orang rantai.

Tidak hanya sekedar dirantai, para pekerja di tempatkan di ruang bawah tanah yang dibangun oleh belanda dengan dinding dipenuhi pecahan kaca, sehingga para tahanan tidak dapat bersandar. Siksaan berupa cambuk juga sering diterima para tahanan dari mandor dan makanan yang diberi juga sangat terbatas, makanya banyak tahanan yang meninggal selama berlangsungnya kerja paksa.

Menurut berita yang saya baca, pada saat dibukanya bekas tambang pada tahun 2007 banyak sekali tulang belulang manusia. Jika kita berkunjung ke Sawahlunto kita akan  menjumpai banyak hal-hal bersejarah. Maka tidak heran jika penambangan ombilin sawahlunto masuk kedalam warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada 2019 lalu.

Sumber : MENOLAK LUPA : Kisah Orang Rantai dan Perbudakan di Tambang Sawahlunto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun