Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tangis dan Harap Akar Rumput Menanti Janji Realita Nyata

23 Januari 2014   16:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu kita bahkan juga sudah beberapa dekade atau tahun lalu, kita selalu disuguhkan dengan berbagai berita mengenai berbagai isu dan fakta yang ada diberbagai wilayah di lingkup sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat Indonesia.

Sudah pasti, hal ini tidak lepas dari sudut pandang masing-masing pula tentunya melihat dan mecerna apa yang tercermin pada realita dan apa yang terjadi.  Jalan berlubang bercampur lumpur tersaji dibeberapa titik ruas jalan utama penghubung desa dan masyarakat di wilayah Kalimantan Barat.

Tidak terelakan di beberapa, wilayah Kabupaten seperti  di Ketapang, Sanggau, Sekadau,  Sintang dan beberapa tempat lainnya begitu sulit untuk dijangkau atau  sekedar dilalui. Demikian ungkap beberapa informasi yang terus tersiar dan tertulis mengabarkan. Tidak tanggung-tanggung pula, beberapa komuditas sehari-hari seperti kebutuhan pasokan bahan makan, minum bahkan jasa angkutan umum sulit merapat menjangkau masyarakat.

Aliran banjir juga enggan berlalu, tersebar di beberapa tempat di tanah air ; Kalbar, Sulut lebih tepatnya kota Tomohon, Manado, Jakarta dan wilayah lainnya. Sepekan berlalu, banjir belum juga selesai mendera.  Suguhan tentang sebuah realita peristiwa sedikit banyak memberi tanda dan gambaran tentang informasi sekaligus pertanyaan kepada kita semua akan tindakan apa yang sungguh terjadi. Banjir, perubahan iklim yang tidak menentu, bencana alamiah juga terjadi di beberapa wilayah dalam dan luar negeri.

Tidak kalah menariknya, tersaji aneka warna warni berkibar bendera calon wakil rakyat yang terbentang dan membentang luas sepanjang penjuru kota dan desa sebagai partisipasi dalam masa-masa penyiapan menanti waktu di tahun politik menunggu sambutan tangis dan tawa sekaligus tantangan menyelimuti.

Kebijakan dan tata kelola dalam lingkup sosial ekonomi masyarakat terlilit dan terbelit titah turun temurun enggan dan sulit membawa perjuangan tertantang amanat membeku keadilan yang terkadang lupa atas semua golongan dan demokratis masyarakat terbelenggu nasionalisme semu. Persatuan tercabik pembangunan. Tidak jarang pula hati nurani membuat iri akar rumput yang lumpuh dalam alam raya berkobar menghendaki Indonesia raya terpola pada kata gerakan. Warna warni bendera dan para tokoh menjadi harap berjuta-juta rakyat akar rumput.

Gerak langkah dan gontai tunduk lesu terlihat beriringan namun tidak sama. Gerak nan tegap meniti generasi bertolak terkadang menghimpit akar rumput yang semakin rubuh dan sulit berdiri kembali.  Revitalisasi, revolusi, resolusi dan solusi menjadi genderang  perang bersama kesiapan dalam rencana dan tantangan terbilang menggema tersiar di segenap penjuru negeri. Satu kata, Indonesia jaya.  Luas negeri membentang menjadi seribu kekuatan akan begitu kayanya adat tradisi atau kearifan lokal masyarakat kebanyakan bangsa ini. Perbedaan sejatinya menjadi penanda kekuatan majemuk satu kesatuan Indonesia Raya.

Suguhan realita terkadang menjadi tanda sekaligus tempat untuk bertanya, masih adakah satu kesatuan untuk membangun dan membuat merah putih bersanding dan berjejer bersama kobar semangat untuk harapan nyata bagi semua dan untuk semua pula. Semoga saja.....

By : Petrus Kanisius "Pit"- Yayasan Palung

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun