Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

PLTN Akan Dibangun di Kalimantan Barat?

3 Desember 2014   22:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:07 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_357628" align="aligncenter" width="396" caption="PLTN-FUKUSHIMA-GRAFIS. dok. Kompas"][/caption]

Ini tentu saja sangat bertentangan dengan negara-negara seperti Amerika dan Jepang yang justru ingin menutup PLTN mereka karena alasan keamanan dan resiko. Malah Indonesia berencana membangun PLTN di Indonesia oleh pemerintah melalui BATAN, adapun lebih khusus di Area Kalimantan Barat. Sudah hampir pasti, dampak radiasi nuklir dari PLTN menjadi kekhawatiran yang tidak berlebihan jika PLTN jadi diBangun di Kalimantan Barat. Benar saja, bagaimana nantinya apabila sampai dibangun ?.

Peristiwa meledaknya reaktor Pusat Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl Unit 4, Ukraina terbakar dan meleleh pada tahun 1986. Kejadian ini menjadi sebuah bencana yang menggemparkan. Ini bencana terparah pertama dalam sejarah sebuah PLTN. Zat radioaktif menyebar dan mencemari tak hanya Ukraina namun juga Negara tetangga, seperti Belarus dan Rusia. Peristiwa ini mengingatkan masyarakat dunia pada hancurnya Hiroshima dan Nagasaki, yang menelan korban nyawa tidak kurang 220.000 jiwa.

“Pemerintah Berhentilah, Jangan Paksakan PLTN Di Kalbar”, Itu judul yang disampaikan oleh Hendrikus Adam, Penggiat dan pemerhati lingkungan dari Walhi, dalam sebuah petisi kepada pemerintah pusat pusat, pemerintah daerah dan DPRD untuk menghentikan rencana pembangunan PLTN di beberapa daerah termasuk di Kalimantan, lebih khusus Kalbar https://www.change.org/p/presiden-joko-widodo-pemerintah-berhentilah-jangan-paksakan-pltn-di-kalimantan-barat#share Rencana pemerintah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sepertinya memang harus dikaji ulang. Dalam petisi tersebut, Adam menguraikan, “PLTN memiliki tingkat resiko sangat berbahaya bukan hanya bagi manusia tetapi bagi segenap aspek kehidupan secara berkelanjutan”, demikian tulisnya dipengantar petisi tersebut. Tentu saja, pemerintah harus mempertimbangkan dan jangan paksakan tentang rencana ini. Banyak resiko dan bahaya, bahan kajian dan kesiapan pemerintah untuk memberi kopensasi terhadap masyarakat jika ini terlaksana.

Rencana Batan untuk yang menjadi promotor pembangunan PLTN pun mengklaim kesiapan mereka mengembangkan hal ini dibeberapa wilayah Indonesia, salah satunya di Kalimantan Barat. Namun hingga kini, wilayah yang rencana PLTN tersebut dibangun adalah wilayah Kabupaten Melawi dan Kayong Utara. Tetapi itu masih isu, akan tetapi jika benar-benar didirikan di dua wilayah ini ini, tentu saja perlu dikaji ulang. Mengingat wilayah Kalimantan Barat sebenarnya memiliki potensi lain yang lebih tramah lingkungan dan aman dibandingkan PLTN yang rentan akan bahaya kebocoran dan radiasi. Seperti sebelumnya, di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, pada 11 November 2010 silam, memicu perdebatan dengan tegas menolak kehadiran PLTN di wilayah tersebut. Sebagai pengingat saja, kala itu, Desa Balong oleh pemerintah pusat telah ditetapkan sebagai daerah tapak PLTN terbaik di semenanjung Gunung Muria. Syukurnya kekompakkan masyarakat berhasil menghentikan rencana berdirinya PLTN tersebut.

Kelimpahan sumber alam berupa air terjun, tenaga angin, mikohidro dan tenaga surya sejatinya yang dapat dikembangkan, mengingat itu yang lebih aman dibandingkan PLTN.

Kekhwatiran dari beberapa pihak bermunculan, ini tentu saja sebagai upaya dan pilihan untuk masa-masa mendatang. Berdasarkan hasil diskusi ringan dari kawan-kawan di media sosial WhatsApp, dengan group BILIK PLTN, sejak 17 November 2014; menyatakan seragam untuk menolak rencana pembangunan PLTN. Di group tersebut tergabung beberapa kawan-kawan pemerhati Lingkungan, seperti Walhi, Greenpeace, Yayasan Palung, Institute Dayakologi, kelompok peduli masyarakat dan Pontianak Institute dan kawan-kawan advokasi memiliki inisiatif untuk berdiskusi tentang PLTN ini, lebih khusu dampak dan resikonya jika berdiri di Kalimantan Barat. Jhon Bamba, dari Institute Dayakologi, mengatakan, dampak radiasi terhadap mahluk hidup dan lingkungan tidak bisa dibandingkan dagan dampak apapun (resikonya sangat besar dan berbahaya) . Satu kata tolak PLTN, tegasnya lagi. Selain itu, menurut Norman Jiwan, pemerhati masyarakat, mengatakan; teknologi Rusia dan Chernobyl, Fukusima oleh Amerika dan Jepang yang katanya canggih, ternyata gagal total. Bahkan, Ketua PCNU Jepara, KH. Nuruddin Amin atau biasa di sapa Gus Nung, melakukan aksi tunggal menyerukan penolakan PLTN saat aksi di Korsel, tahun 2007. Arif F. dari Greenpeace, mengatakan; setelah gagal di Jepara, mundur di Madura dan terseok di Bangka, mereka beralih ke Kalimantan, argumennya masih itu itu saja. Tentu saja ini menjadi sebuah pertanyaan dan terkesan sebagai kebohongan publik. Dengan demikian, ini bisa menjadi gambaran yang harus diperhatikan semua pihak, terlebih pihak pemerintah untuk tidak memaksakan berdirinya PLTN di Kalbar.

Salah satu kekhwatiran lainnya adalah tentang bahaya dari limbah dari PLTN yang dapat merusak lingkungan sekitar termasuk ketakutan akan bahaya radiasi secara langsung terhadap manusia.

[caption id="attachment_357629" align="aligncenter" width="328" caption="Demo di Jerman 2004, anti nuklir oleh greenpeace. foto dok. adaloh.blogspot"]

14175955591841298165
14175955591841298165
[/caption]

Sesungguhnya, ada banyak pilihan dan ada baiknya menggunakan energi yang ramah lingkungan ketimbang yang penuh dengan bahaya ataupun sangat beresiko. Dalam tahapan kebutuhan, Kalimantan sangat membutuhkan listrik dalam sekala dan besar, namun selayaknya menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

Penggalangan dukungan melakui petisi untuk menolak PLTN menjadi sebuah kepedulian jika boleh dikata. Mengapa demikian?. Tidak hanya semata pada dampak radiasi namun bagaimana dengan keberlanjutan yang sudah pasti tidak sedikit menelan biaya untuk pembangunan PLTN tersebut.

Sesungguhnya, tidak bisa disangkal apabila kekhawatiran dari berbagai pihak tersebut muncul. Resiko bahaya kebocoran radiasi dari reaktor nuklir mungkin saja terjadi. Rentannya terjadi, tidak hanya bagi manusia namun juga bagi makhluk lainnya. Sebuah pilihan bijaksana dari pemerintah untuk tidak memaksakan kehendak mendirikan PLTN di Kalimantan Barat. Semoga saja...

By : Petrus Kanisius ‘Pit’- Yayasan Palung

Bahan bacaan :

http://m.arrahmah.com/read/2011/05/13/12504-pltn-untuk-indonesia-siapkah.html

http://m.tempo.co/read/news/2013/09/10/058512029/Calon-Kades-Jepara-Teken-Kontrak-Politik-Tolak-PLTN

http://www.attayaya.net/2011/05/bahaya-pltn-nuklir.html

http://www.geoenergi.co/m/regional/1029/adik-ahok-tolak-pltn-di-babel

www.greenpeace.org/.../Laporan-sesatpikir-kebohongan-promotorPLTN...

http://permalink.gmane.org/gmane.culture.media.mediacare/76992

http://www.tribunnews.com/nasional/2011/04/26/greenpeace-akan-ungkap-kebohongan-pemerintah-soal-pltn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun