Banner Event My Diary. Foto dok. Fiksiana, Kompasiana.
Dear bumi,
Terimakasihku kuucapkan kepadamu. Dirimu ada karena Sang Pencipta. Dirimu tercipta untuk kami berdiam dan menetap  hingga bertumbuh (berkembang biak).
Terimakasih itu tidak lain karena;
Dirimu (bumi) diciptakan Sang Kuasa untuk kami bisa menghirup udara, bertumbuh bersama tumbuh-tumbuhan, dengan ragam pesona keindahanmu yang tidak terhingga jumlahnya berupa lautan, hutan dan ragam satwa dan ragam suku bangsa berbaur menyatu menjadi satu sama seperti Bhineka Tunggal Ika.
Pesona Pulau-pulau, lautan ataupun samudera raya berpadu menyatu bersama alam raya juga nafas segala makhluk menempel ditubuhmu menjadi pemikat para penikmat keindahan.
Surga Kecil terselip dari setiap penjuru dari ujung Barat hingga ujung Timur Nusantara (Indonesia) memberi pesan kepada seluruh anak negeri untuk menjaga dan merawatnya. Itu sejatinya. Bukan titah, tetapi kewajiban yang sejatinya selalu menjadi ketulusan bukan paksaan. Mengingat dirimu sebagai rumah segenap penjuru negeri (semua benua).
Terimakasih ini kusampaikan kepadamu dan sesama kami makhluk segala bernyawa untuk hendaknya bisa terus bersama hingga nanti. Mengingat, usiamu kami tahu, dirimu sudah semakin tua renta mungkin sudah semakin sering penyakit dan hama.
Dari sakitmu kami juga sakit. Tubuhmu semakin panas mungkin demam tinggi. Suhu tubuhmu tidak kunjung turun. Bila tidak kunjung berhenti, kami semakin gerah. Sumpah serapah kerap kali menderamu, menuduhmu hingga dirimu dikatakan penyebab dari semua petaka. Maafkan kami jika kami boleh dimaafkan.
Kami tahu, dirimu sebagai keberlanjutan kami hingga nanti.
Tetapi kami semuanya tidak tahu, hingga kapan dirimu tetap bertahan dan berputar mengitari kami ke segenap penjuru tanpa lelah juga tidak meminta imbalan.