[caption id="attachment_338175" align="aligncenter" width="472" caption="Foto dok.jaraway.wordpress.com"][/caption]
Aduh... kenapa tidak seperti biasanya, paling tidak satu hari satu tulisan. Tetapi kenapa jadi malas tulis menulis seperti ini ya?. Setidaknya, lima sila realita yang harus diakui boleh nggak ya?.
Setidaknya perlu diakui dalam diri tentang hal ini (MALAS) yang terjadi pada diri sendiri saat penyakit ini mulai akut dan selalu mendera tanpa pergi. Waduh kacau jika terus malas seperti begini.
Jari jemari biasanya selalu ingin saja memencet huruf-huruf di Laptop atau mengorat-oret di kertas, hanya sekedar untuk uneg-uneg, peristiwa atau kejadian, cerita hari-hari dan lain sebagainya.
Malas dan lagi malas untuk tulis menulis. Mungkin jenuh kali ya?. Jenuh mungkin ya, mungkin juga tidak.Semua pasti bisa asal tidak malas. Hehehe...
Tetapi tidak juga sich, masih ingin seperti teman-teman di kompasiana lainnya yang selalu rajin dan focus serta selalu menyempatkan diri untuk menulis di rumah tercinta bernama kompasiana.com ini. Loh... jadi apa ya?. Setelah bercelangak celenguk dan bingung tidak tentu rudu (bingung tanpa arah) lahirlah rumusan lima sila tentang malas tulis menulis. Siapa yang merumuskannya, tentu saja saya sendiri. Wkwkwk....
Hari-hari malas tulis menulis, ini alasannya, berdasarkan rumusan lima Sila malas :
1.Sedikit jenuh dengan beragam pemberitaan yang tidak sedikit saling tuding dan saling sikut dalam ranah politik atau dalam realita lainnya. Jadi malas mau nulis. Malas lagi.
2.Hari-hari malas tulis menulis sebenarnya menjadi realita yang harus diakui, ada kalanya selalu ingin menulis dan ada kalanya malas untuk menulis atau mencurahkan apa-apa. Siapapun saya yakin pernah mengalami dengan berjuta alasan pula.
3.Tidak menemu alur untuk ide kreasinya, koq bisa ya?.
4.Tidak bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat-kalimat.
5.Tidak .... tidak... dengan semua alasan.
Kelima sila malas ini telah mendarah daging dalam setiap manusia. Wadoh/ Aduh/ akaiii bisa selap/menyelap (begitu parah) yang terjadi berkaitan dengan dunia malas... jika berlaku ini tentunya tidak baik bagi dunia percaturan tulis menulis. Tetapi sepertinya rumusan lima sila tentang malas dapat bertambah mungkin beranak pinak menjadi sila-sila malas yang lainnya jika tidak diredam. Hehehe...
Tetapi, ada strategi ada jika tidak ada obatnya. Malas tidak ada obatnya, namun dari diri dan tergantung pada diri sepertinya itu sedikit strategi yang dapat meredam kelima sila yang di khawatirkan mendarah daging. Caranya adalah merubah kebiasaan malas tersebut dengan kebiasaan baru yang mungkin tidak malas lagi. Jangan biarkan lima sila ini bersarang diri dan benak sanubari ini dan tentunya kita semua. Semoga saja....
By : Petrus Kanisius ‘Pit’- Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H