Keterangan foto : Sejauh mata memandang terlihat hamparan sawit mengalahkan pohon atau hutan. dok. Petrus Kanisius
Tidak ada kata lain saat ku mengingat untuk saling menyapa segala bernyawa yang kini semakin tua dan renta.
Bertutur laksana bisu, berpekik terpantul oleh tembok-tembok tebal seolah tak bertuan.
Rias wajah dan rambutmu dulu hijau merona sebagi penyejuk segenap jiwa nafas segala bernyawa kini semakin rontok dan terus berguguran.
Tubuhmu sebagai penyeimbang, penopang dan pelindung semakin rapuh dan tidak lagi mampu berdiri kokoh seakan selalu gontai tumbang layu tak berbekas.
Kulitmu semakin mengelupas dan semakin bertelanjang dada, pakaianmu semakin sulit untuk dikenakan karena banyak yang sengaja menelanjangimu.
Kakimu sebagai alas dan cakar yang kuat untuk berdiri dan memberi kini tak sanggup menahan godaan, serbuan tuan-tuan pencari lembaran kertas dan harta tahta.
Â
Di usiamu yang semakin renta, banyak orang yang ingin selalu menyapamu, merindumu dan menginginkanmu untuk selalu ada untuk semua.
Saat ini ku menyapa diusiamu yang semakin renta, semakin sulit untuk berdaya, berdiri kokoh, melindungi, menopang dan memberi manfaat tampa mengharapkan imbalan.