Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan

24 Oktober 2016   14:21 Diperbarui: 24 Oktober 2016   16:06 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rinai Rintik (hujan). Foto dok. Klinik Fotografi KOMPAS

Rinai rintik gemericikmu telah jatuh menyentuh bumi.

Tanda laksa penyejuk sanubari segala bernyawa.

Penghapus dahaga,

Diantara derita luka sebab,

 Tampungan yang  kosong kini tak lagi muat hingga mengalir tiada batas hingga mengapung.

Di seberang butiran-butiran terjatuh ditadah, menadah.

Kendi, ember, guci para petani terisi berharap semai bersemi.

Pengobat rindu di padang gersang kering kerontang,

Layu tersirami, menyiram, memupuk, menyejuk di tengah pongah gersang di padang ilalang termakan belalang dari sisa-sisa bara yang memanggang.

Gemericik deras, gerimis menembus batas logika.

Gerutu bercampur riang para penabur berhenti meniti teliti asa menuai panen berlimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun