Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aku, Kopi dan Orat-oret

11 November 2016   19:40 Diperbarui: 11 November 2016   19:48 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku, kopi dan Orat-oret. Foto dok. Amaldoft blog

Terang dunia (pemandangan menjadi terang)  setidaknya menjadi istilahku saat ini. Mungkin candu kopi telah menyatu denganku. Tak ngopi, kepala pusing. Tidak ngopi, ngantuk pun datang dan bila tak ngopi, ide pun serasa mandek. hehehe... segitunya ya?.

Tak bisa disangkal, kopi menjadi hal yang tidak bisa ditinggalkan walau hanya satu hari. Ini yang saya rasakan, dan mungkin juga teman-teman penyuka air hitam dan kental tersebut.  Bagiku kopi sebagai teman setia ketika sedang merancang orat-oret (membuat tulisan).

Lalu, apa hubungan lebih jauh  antara kopi, aku dan orat-oret?.

Apabila tidak minum kopi, pasti ada yang kurang. kurang lengkap, Kurang semangat dan kurang segar. Bila boleh dikata, hubunganku dengan kopi  dan oret-oret satu kesatuan yang tidak terpisahkan bagiku. Memang pacar, teman, sahabat?. Tidak tahulah entah apalah namanya, namun yang pasti aku sulit terpisahkan minimal dengan kopi. Apalagi pas ingin orat oret, wah nggak lengkap rasanya jika tidak minum kopi.

Mungkin kali ya, ibarat hati; Kopi, Aku dan Orat-oret kini serasa tidak terpisahkan dariku. Walau tidak sedikit teman yang mengatakan atau menyarankan untuk mengurangi minum kopi. Minum kopi bisa terkena sakit maag dan sulit tidur. Jujur, aku minum kopi  saban waktu minimal 3 gelas hingga 6 gelas tetapi apabila ingin tidur ya tidur dan langsung terlelap. Jadi ya, mungkin dikatakan sulit tidur nggak juga tuh. 

Ibarat kamus, terkadang kopi menjadi pembuka arah terangnya dunia, penyegar mata di kala pagi, siang ataupun malam ketika beraktifitas. Setidaknya itulah yang kurasakan manfaat dari minum kopi apalagi saat sedang orat-oret. Minum kopi itu seperti membuka ruang-ruang hampa, meneropong jalan yang buntu ketika merangkai dan menemukan rangkaian kata-kata yang seolah-olah membantu menyusun.

Aku menganggap minuman bernama kopi menjadi teman sejati dalam setiap keadaan, kapanpun dan dimanapun. Teman sejati yang tidak penah marah, menyerah ataupun menolak jika bersamaku.

Tidak semua memang yang merasakan apa yang kurasakan bahwa minum kopi/ kopi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Namun, setidaknya kopi memiliki manfaat dan menjadi gaya hidup serta dari kopi pulalah aku belajar tentang pahit tidak selamanya pahit dan manis tidak selamanya manis.

Minum kopi pahit, itu kesukaanku. Jujur, kopi manis rasanya tidak seenak kopi pahit, tapi ini kataku. Mungkin benar juga adanya kata banyak orang, dari pahitnya kopi yang kita rasakan kurang lebih seperti itulah kehidupan. Dengan kata lain, yang pahit tidak selamanya pahit dan karena dari kopilah sejatinya kita belajar. Tentang kehidupan, mungkin juga demikian adanya. Pahit manisnya hidup tentunya menjadi warna warni kita semua dalam menjalani tatanan kehidupan. Selamat malam dan selamat minun kopi bagi penikmat dan penyuka kopi di Nusantara.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun