Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akankah Tahun Ini Bara Api Tak Lagi Membara di Belantara Indonesia yang Tersisa?

4 Agustus 2016   13:43 Diperbarui: 5 Agustus 2016   09:47 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kobaran api dari pembaran lahan. Foto dok. Yayasan Palung, tahun 2015

Jika boleh dikata, untung belum tentu, rugi sudah pasti. Mungkin itu kata yang cocok untuk diucapkan. Mengingat, dalam rentang waktu puluhan tahun terakhir, tidak bisa disangkal hutan belantara selalu membara dengan kobaran api hingga asap di beberapa wilayah Indonesia. Tidak lain adalah tentang kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang selalu berulang.

Tentunya, persoalan ini (kebakaran hutan dan lahan) tidak sedikit berpengaruh pada sendi-sendi kehidupan masyarakat kebanyakan. Mulai dari soal kabut asap yang muncul, ditimbulkan dari adanya pembukaan lahan hingga berdampak luas pada sosial dan ekonomi masyarakat.

Terhitung dari tahun ke tahun kerugian akibat dari berdampak tak sedikit bagi Indonesia. Kerugian dari dampak dan biaya untuk penangan karhutla sama besar. Kebakaran hutan membuat pemerintah Indonesia rugi $15,72 miliar atau sekitar Rp221 triliun.", (Bank Dunia, Indonesia rugi akibat kebakaran hutan).

Lumpuhnya sendi ekonomi dan lingkungan pun tidak terelakan, demikian juga dengan kesehatan. Pengaruh bencana asap melumpuhkan transportasi udara, darat dan laut di beberapa penjuru wilayah. Dampak dari kebakaran juga pada kesehatan, seperti Ispa (sesak nafas), mata perih, radang paru dan lain sebagainya. Tersebutlah hutan yang tersisa Kalimantan dan Sumatera, Papua yang kerap kali dilahap si jago merah. Tak pelak yang terparah dari munculnya Karhutla juga berimbas pada negeri tetangga.

Kerugian akibat kebaran hutan dan lahan. Sumber Bank Dunia dan Bank Indonesia. Data dok. Kata Data
Kerugian akibat kebaran hutan dan lahan. Sumber Bank Dunia dan Bank Indonesia. Data dok. Kata Data
Kebakaran hutan dan bencana asap dari tahun 1990-2013. Foto dok. Kompas
Kebakaran hutan dan bencana asap dari tahun 1990-2013. Foto dok. Kompas
Celakanya, para petani ladang acap kali menjadi yang tertuduh atau biang pembakar lahan. Namun, sejatinya belum tentu semuanya para petani menjadi sumber penyebab. Lalu jika boleh bertanya, bagaimana dengan pembukaan lahan yang berskala besar?. Apa mungkin mereka tidak membakarnya?.

Entahlah, tetapi yang pasti penyebab dari kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi keresahan dari kebanyakan orang di negeri ini. Korban harta dan nyawa sudah pasti. Harta benda berharga berupa tanah berisi pertanian dan kebun (padi, kopi dan karet, dll). Tidak hanya itu, makhluk yang hidup di habitatnya berupa hutan seperti beragam jenis satwa dan tumbuh-tumbuhan langka menjadi semakin terusik dan sulit bertahan hidup.

Kebakaran hutan dan lahan yg terjadi di Desa Pelang, Ketapang, Kalbar tahun 2015. Foto dok. Yayasan Palung
Kebakaran hutan dan lahan yg terjadi di Desa Pelang, Ketapang, Kalbar tahun 2015. Foto dok. Yayasan Palung
Karakteristik lahan hutan gambut yang kering di musim kemarau menyebabkan kobaran api sulit untuk dipadamkan, bahkan cenderung meluas dari area yang satu ke area lainnya. Kegaduhan dan kemarahan serta protes dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura tidak terhindarkan, bahkan Indonesia dicap menjadi negara pengekspor asap.

Keadaan darurat asap dan upaya dari pemerintah pun menjadi ketetapan untuk mengatasi persoalan ini. Bahkan, pemerintah menyiapkan strategi penanganan pencegahan dan penanggulangan dengan cara membentuk satuan atau kelompok pemadam kebakaran di setiap daerah, wilayah hingga ke di tingkat desa yang rentan terjadinya kebakaran lahan dan berjanji tidak akan terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada tahun ini, tahun 2016 hingga selanjutnya.

Upaya-upaya lainnya seperti membuat embung, kanal ataupun kolam sebagai sumber air disiapkan di areal-areal (lahan) yang mudah terbakar, terlebih lahan gambut. Dari berbagai kesatuan seperti TNI dan Kepolisian menyiapkan pasukan khusus mereka untuk mencegah kebaran hutan dan lahan melalui rencana patroli.

Banyak pihak menyambut baik dari adanya rencana ini. Tetapi tidak sedikit pula yang mempertanyakan, apakah upaya pencegahan dan penanggulangan akan maksimal dan akan mampu meredamkan karhutla atau justru cenderung berulang. Mengingat, sebagai contoh, tidak sedikit di daerah-daerah atau wilayah yang ada di Kalimantan dan Sumatera ataupun juga di wilayah lainnya sangat sangat rentan bila musim kemarau tiba.

Berharap dan semoga saja, berbagai rencana dan strategi yang diambil oleh pemerintah mampu mengatasi persoalan kebaran hutan dan lahan (karhutla). Sehingga dengan demikian masyarakat pun tidak resah lagi dengan persoalan karhutla ini. Semoga saja...

By : Petrus Kanisius- Yayasan Palung

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun