Ada hutan, ada kehidupan. Hutan pun menjadi harapan untuk semua nafas kehidupan hingga boleh berlanjut hingga selamanya.
Hutan hujan tropis sejatinya menjadi rumah semua dan bersama pula bagi ribuan jenis tumbuhan dan hewan. Hutan hujan memberi ragam manfaat tidak hanya soal persediaan makanan/pakan akan tetapi lebih dari itu sebagai benteng terakir yang harus ada dan mampu bertahan sebagai harapan bersama tentang apa yang namanya lestari dan harmoni.
Hutan hujan yang tersisa ini tak ubah sebagai benteng terakhir karena ia bisa menjadi penghalau dari segala ancaman yang mendera.
Ada hutan, ada kehidupan. Sebaliknya tidak ada hutan maka berdampak kepada sebagian besar nafas kehidupan makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.
Hutan hujan tropis pun tidak sedikit memberi ruang bagi sebagian besar makhluk hidup untuk berkembang biak dan menjadi pendukung keberlanjutan nafas kehidupan ragam tumbuhan dan satwa lainnya di alam liar.
Petani hutan di hutan yang tak lain adalah orangutan, kelempiau, kelasi dan burung rangkong memiliki peran yang tidak tergantikan. Bagaimana jika mereka hilang tak bersisa?
Tidak sedikit dari kita yang mengabaikan peran mereka di hutan hujan tropis. bahkan parahnya lagi, ragam jenis satwa diburu, diperjual belikan bahkan dikonsumsi. Tentu ini semakin mempersulit ruang gerak dan keberlanjutan nafas kehidupan alam liar di hutan hujan.
Hal lainnya adalah ketika hutan hujan sebagi rumah bersama ini semakin berkurang menjelang terkikis habis.
Nasib hutan hujan pun semakin hari sudah semakin menunjukkan rupanya yang sejatinya menanti disapa dengan tindakan nyata sederhana kita yang kita miliki. Tidak hanya menanam, tetapi juga dengan tingkah serta prilaku kita yang jika boleh kiranya jangan bertindak serakah dengan hutan alam ini.
Hutan sudah sekian banyak memberikan kita tidak terhingga manfaat dan nafas kehidupan. Hutan hujan ini dititipkan bukan dengan keserakahan yang kita punya, tetapi dengan kebijaksanaan dan memikirkan keberlanjutan hingga generasi selanjutnya.Â