Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ulah, Kita dan Sampah Sisa Makanan

23 Oktober 2024   13:45 Diperbarui: 23 Oktober 2024   16:54 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir dipastikan, setiap kita selalu menciptakan sampah dalam tatanan kehidupan kita setiap harinya.

Tanpa kita sadari atau tidak, beberapa dari kita atau juga saya tak jarang menciptakan sampah-sampah baru, seperti yang sulit terhindarkan adalah sampah rumah tangga yaitu dari sisa-sisa makanan.

Mengutip data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), via katadata.co.id, menyebutkan; sepanjang tahun 2023 setidaknya ada sekitar 19,56 juta ton sampah yang dihasilkan Indonesia.

Namun, sampah tersebut baru berasal dari 96 kabupaten/kota, sehingga belum mencerminkan volume total sampah nasional. Dari data sampah 96 kabupaten/kota yang tersedia, mayoritas atau 41,4% berupa sisa makanan.

Bayangkan, betapa terkejutnya, karena ternyata bukan kaleng-kaleng, 41,4% sampah yang ada tidak lain dan tidak bukan adalah sampah dari sisa makanan. Bisa saja, sampah-sampah sisa makanan lebih besar lagi dari data tersebut.

Suatu yang pasti, terkait sampah sisa makanan ini ada atau muncul karena; tidak jarang pula kita tanpa memperhitungkan/memperkirakan/menakar jumlah yang semestinya.

Sebagai contoh, ketika kita masak di rumah misalnya, mungkin tidak sedikit dari kita pasti kurang/tidak memperhitungkan jumlahnya.

Masak nasi misalnya, takaran yang harusnya dua canting/satu kaleng susu (kurang lebih 740 gram beras) yang sebenarnya cukup untuk dua orang, karena takut kurang, jadi masak satu kilogram beras, tetapi ujung-ujungnya beras yang dimasak dan jadi nasi tersebut ternyata berlebihan, dan parahnya lagi nasi-nasi tersebut berakhir di tong sampah atau juga dibuang begitu saja.

Dengan kata lain, takut kurang namun itu justru berlebihan, hingga menjadi terbuang (sampah makanan) sia-sia.

Hal lainnya lagi misalnya, kita tidak tahu berapa banyak sisa sampah makanan di cafe, restoran dan rumah makanan yang ada. Sudah pasti, tidak terhindarkan sampah makanan tersebut tercipta setiap waktu dan setiap hari pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun