Hai teman-teman.... Namaku Pongo, aku tinggal di hutan. Aku tinggal bersama ibuku hingga usiaku menjelang 6-7 tahun. Setelah aku dewasa, aku tinggal sendiri hingga usiaku dewasa. Di dalam hutan, aku hidup bersama-sama dengan temanku seperti kelasi, kelempiau, enggang dan satwa lainnya. Kami merupakan satwa yang sangat dilindungi. Â Kami juga disebut sebagai petani hutan lho...
Itu merupakan beberapa  penggalan cerita yang disampaikan oleh teman-teman saat menyampaikan puppet show (pertunjukan boneka) di Sekolah  Dasar Negeri 16 Delta Pawan, Ketapang, Kalbar, pada Senin (17/10/2022) pagi.  Â
Dalam kesempatan tersebut, Program Pendidikan Lingkungan (PL) Yayasan Palung menyampaikan sosialisasi untuk mengenalkan satwa dilindungi kepada Adik-adik di tingkat Sekolah Dasar.
Beberapa boneka yang dipakai sebagai media antara lain boneka orangutan yang disebut Pongo dan ibu Pongo. Selain itu ada pula boneka kelasi dan boneka bekantan.
Pada kesempatan itu, Haning Pertiwi dari Yayasan Palung sebagai narator cerita boneka mengawali cerita. Haning mengawali cerita dengan menyebut, jauh di tengah hutan yang luas dan lebat hiduplah bermacam-macam satwa liar. Suatu hari anak orangutan yang sedang mencari makan bersama induknya bertemu dengan satwa-satwa yang lainnya.
Selanjutnya Iis, Pit, Randi dan Marsya bercerita tentang kisah dan nasib satwa yang dilindungi. Iis sebagai Pongo bercerita ia selalu bersama ibunya hingga Ia berumur remaja. Ibu Pongo diperankan oleh Marsya. Ibu Pongo bercerita, ia merawat pongo dari kecil hingga remaja, saat pongo bersama ibu, Pongo diajarkan membuat sarang, memanjat pohon dan mencari makan berupa pucuk daun dan buah-buahan hutan.
Bekantan diperankan oleh Randi. Bekantan bercerita tentang perbedaannya dengan orangutan (pongo). Perbedaannya adalah bekantan merupakan jenis monyet karena memiliki ekor. Sedangkan orangutan merupakan jenis kera karena tidak memiliki ekor.
Kelasi diperankan oleh Pit. Kelasi bercerita tentang keresehannya karena hutan sebagai tempat hidup saat ini sudah semakin berkurang sehingga mereka yang disebut sebagai monyet merah tersebut sudah semakin dalam ancaman nyata di habitat hidup mereka.
Disampaikan pula oleh narator, sebagian besar satwa dilindungi, terutama orangutan, kelasi, kelempiau dan enggang adalah si petani hutan.