Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengapa Alam Selalu Disalahkan Ketika Bencana Terjadi?

17 Oktober 2022   15:39 Diperbarui: 17 Oktober 2022   15:41 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto banjir yang terjadi di beberapa kecamatan di Ketapang, kalbar. (Foto dok : BPBD Kalbar via kompas.com).

Was-was, sumpah serapah dan lain sebagainya acap kali kita dengar ketika bencana mendera. Alam yang tak berdosa disalahkan karena tidak bersahabat. Atau malah Tuhan Sang Kuasa yang dibilang mulai bosan?

Alam tidak berdosa dan Tuhan Yang Maha Kuasa tidak pernah bosan memberikan apapun kebaikan kepada umatnya. Karena, Tuhan Sang Kuasa tidak akan menguji HambaNya melebihi kemampuannya.

Jika demikian, siapa sesungguhnya yang salah. Alam atau kita yang salah?

Sesungguhnya yang pasti, alam tidaklah salah. Alam, bumi ini menangis. Menangisi nasibnya karena derita sakit penyakit yang semestinya bisa disembuhkan oleh manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah ketika egoisnya manusia yang semakin ingin melebihi kuasa Sang Pencipta hingga alam berkata-kata dalam tangisnya karena tidak mampu menahan ulah pongah oknum kita manusia yang semakin serakah.

Alam, bumi ini menangisi pula karena nasibnya yang tak kunjung sehat, entah kapan akan bisa pulih kembali.

Kita semua menjadi penerima dari apa yang juga diderita oleh alam dan bumi ini. Semua ingin agar alam dan bumi ini tak lagi sama-sama menangis. Tetapi boleh kiranya untuk harmoni kembali seperti semula.

Sebagai pengingat, alam dan bumi ini ibarat ibu. Sebagai ibu ia menjadi pemilihara dan penjaga bagi kita semua. Jika ibu kita disakiti maka ia akan manangis, maka bolehlah kiranya kita pun menjaga dan memilihara bukan sebaliknya.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun