Was-was, sumpah serapah dan lain sebagainya acap kali kita dengar ketika bencana mendera. Alam yang tak berdosa disalahkan karena tidak bersahabat. Atau malah Tuhan Sang Kuasa yang dibilang mulai bosan?
Alam tidak berdosa dan Tuhan Yang Maha Kuasa tidak pernah bosan memberikan apapun kebaikan kepada umatnya. Karena, Tuhan Sang Kuasa tidak akan menguji HambaNya melebihi kemampuannya.
Jika demikian, siapa sesungguhnya yang salah. Alam atau kita yang salah?
Sesungguhnya yang pasti, alam tidaklah salah. Alam, bumi ini menangis. Menangisi nasibnya karena derita sakit penyakit yang semestinya bisa disembuhkan oleh manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah ketika egoisnya manusia yang semakin ingin melebihi kuasa Sang Pencipta hingga alam berkata-kata dalam tangisnya karena tidak mampu menahan ulah pongah oknum kita manusia yang semakin serakah.
Alam, bumi ini menangisi pula karena nasibnya yang tak kunjung sehat, entah kapan akan bisa pulih kembali.
Kita semua menjadi penerima dari apa yang juga diderita oleh alam dan bumi ini. Semua ingin agar alam dan bumi ini tak lagi sama-sama menangis. Tetapi boleh kiranya untuk harmoni kembali seperti semula.
Sebagai pengingat, alam dan bumi ini ibarat ibu. Sebagai ibu ia menjadi pemilihara dan penjaga bagi kita semua. Jika ibu kita disakiti maka ia akan manangis, maka bolehlah kiranya kita pun menjaga dan memilihara bukan sebaliknya.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H