Setiap tanggal 22 April selalu diperingati sebagai hari bumi. Setiap hari bumi kita selalu diingatkan tentang nasib bumi saat ini dan dalam usianya yang tak lagi muda, bumi selalu bercerita tentang nasibnya. Cerita pilu yang ia alami hingga saat ini tak kunjung berhenti menerpa dan mendera. Saat ini bumi perlu disapa dengan tindakan nyata oleh kita semua.
Mengingat, keadaan bumi saat ini sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Sampai saat ini pun belum ada pengganti bumi sebagai rumah bersama, yang artinya kita masih sangat tergantung dengan nasib keberlanjutkan bumi hingga nanti.
Tahun ini, Yayasan Palung (YP) bersama dengan rekan-rekan relawan dari kabupaten Ketapang (Relawan TAJAM) dan di kabupaten Kayong Utara (Relawan REBONK) merayakan hari bumi tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pada Hari Bumi kali ini YP mengetengahkan tema "Selamatkan Bumi Dari Rumah". Tema ini pun menjadi satu cara sederhana untuk langkah antisipasi pencegahan di tengah wabah Covid-19 mendera hampir menjangkau seluruh dunia.
Cara-cara sederhana seperti ini juga bisa dilakukan tanpa harus melibatkan kerumunan massa. Bumi sebagai rumah sekaligus ibu bersama (rumah dan ibu) kita. Kini bumi menanti aksi-aksi nyata, jika bukan kita semua siapa lagi. Bumi menanti asa dari semua orang untuk peduli padanya.
Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain; Tantangan kreativitas #DiRumahAja , khusus untuk masyarakat Kalbar, membuat kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari dari barang bekas. Berbagi pengetahuan tentang perubahan iklim oleh relawan TAJAM lewat live streaming Instagram @rk_tajam yang akan dilaksanakan pada Rabu, 22 April 2020, pukul 15.00-14.00 WIB. Selain itu relawan REBONK membuat video singkat tentang pendapat dari beberapa orang tentang hari bumi.
Mariamah Achmad, sebagai Manager Pendidikan Lingkungan dan media kampanye Yayasan Palung, mengatakan, "Pengelolaan sumber daya alam Indonesia masih kurang memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Ditambah lagi hingga saat ini Indonesia masih dominan menerapkan pembangunan dengan konsep pertumbuhan ekonomi dimana lingkungan menjadi pertimbangan terakhir, sementara bumi secara ekologi memiliki daya dukung yang terbatas.
Saat ini bumi sedang menghadapi tantangan persoalan lingkungan yang terus meningkat, seperti perubahan iklim, kekeringan, kelangkaan air, banjir, dan pencemaran. Keberadaan sumber daya alam yang berlimpah dan mendukung kemakmuran rakyat perlahan-lahan tinggal cerita, kenangan manis berganti menjadi kenyataan pahit ".
Lebih lanjut Mayi sapaan akrabnya mengatakan, Banjir terjadi di mana-mana dan kerap, kehilangan mata air menimbulkan kekeringan ketika musim kemarau tiba, di perkotaan hujan lebat 1 jam saja akan menyebabkan air menggenang di jalanan, sungai tidak mampu lagi menampung air hujan maupun pasang air laut akibat dari sedimentasi dan sampah warga, banyak spesies di hutan dan di laut menuju kepunahan.