Kurang lebih 3 minggu musim kemarau telah berlangsung, terhitung sejak akhir bulan lalu, hujan pun belum juga turun hingga kini. Seperti biasanya dari tahun ke tahun apabila musim kemarau tiba berarti harus waspada dan rentan terjadi kebakaran lahan.
Mengapa kita harus waspada ketika musim kemarau terjadi? Sudah pasti, saat kemarau tiba lebih khusus warga akan menerima dampak langsung dan tidak langsung. Tidak bisa disangkal, ketika kemarau tiba banyak persoalan akan terjadi tidak terkecuali kebakaran hutan dan lahan. Selain juga risiko atau berdampak kepada kesehatan tubuh manusia.
Tidak untuk saling menyalahkan satu dengan yang lainnya, akan tetapi biasanya apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan juga akan memicu terjadinya kabut asap. Hal lainnya ketika terjadi kemarau yang berkepanjangan maka akan siap-siap berhadapan dengan persoalan seperti kekurangan air bersih karena ancaman kekeringan siap mendera dan tentunya juga dampak lainnya akan terjadi.
Berdasarkan pantauan BMKG Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak melalui citra satelit Terra dan Aqua yang di-update 4 hari lalu atau pada Senin (16/7/2018), terpantau 24 titik panas yang tersebar di daratan wilayah Kalbar (Sumber informasi dari Tribun Pontianak).
Setidaknya, data tersebut telah menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan pasti akan terjadi ketika kemarau tiba walau skalanya kecil. Kewaspadaan ini juga tentunya tidak berlebihan untuk dikatakan, Wajar kiranya bila helikopter water bombing di langit Ketapang terlihat berkali-kali mondar-mandir berkeliling alias melakukan patroli. Tentu ini sebagai langkah cepat untuk antisipasi agar kebakaran hutan dan lahan tidak meluas dan bisa diatasi.
Dalam menghadapi musim kemarau seperti ini, kita yang berada di sekitar wilayah yang berbatasan langsung dengan hutan, harus selalu waspada. Waspada untuk tidak membakar sampah sembarangan di area permukiman/area yang berdekatan dengan hutan, atau bagi pengendara jangan membuang puntung rokok sembarangan di jalan yang berdekatan dengan area hutan.
Tidak kalah pentingnya juga agar tidak membakar lahan ketika musim kemarau. Jika pun itu untuk perladangan, mesti harus dijaga agar api tidak menjalar/menyebar ke wilayah lainnya. Demikian juga halnya untuk tidak membakar di area perkebunan yang berskala besar.
Hal lainnya lagi adalah ketika musim kemarau tiba, tidak jarang pula warga di beberapa wilayah di Kalbar agak kesulitan mendapatkan sumber air bersih dari sungai karena tidak jarang sungai sebagai penopang ada yang mendangkal atau pun mengering karena satu di antaranya hutan sudah tidak banyak lagi kokoh berdiri. Sudah pasti pula hal ini sedikit banyak warga ada yang menggantungkan sumber air dari sungai atau pun juga air hujan tiba.
Nah, otomatis apabila musim kemarau, mereka akan sangat sulit sekali untuk mendapatkan sumber air bersih. Jika ingin memperoleh air bersih, lebih khusus warga yang jaraknya jauh dari sungai sudah pasti pula mereka akan mengeluarkan biaya tambahan dan ini tentu sedikit banyak menjadi beban tersendiri mereka pula.
Selain itu juga, para petani. Kekhawatiran akan tanam tumbuh mereka bisa saja sangat terpengaruh pada saat musim kemarau. Bisa jadi, tanam tumbuh yang mereka (petani) tanam akan gagal tumbuh atau pun gagal panen.
Panas yang terik pada siang hari yang membakar kulit saat kemarau terjadi pun sedikit banyak berpengaruh bagi kesehatan manusia ataupun juga kepada makhluk lainnya. Ya, saat musim kemarau tiba, tubuh manusia akan sangat rentan mengalami kecapean karena bisa saja dengan mudah mengalami dehidrasi (kehilangan cairan tubuh) ringan, karena aktivitas di luar ruangan. Debu dari tanah dapat pula berpengaruh langsung kepada warga ketika beraktifitas di luar ruangan yang bisa menyebabkan batuk, flu dan berbagai penyakit lainnya.