Hari Selasa (22/5/2018) diperingati sebagai hari keanekaragaman hayati sedunia. Peringatan hari keanekaragaman hayati inilah yang sejatinya untuk mengingatkan kepada kita semua tak hanya sekedar melihat namun merasakan serta mengambil langkah atau peran apa agar julukan Mega Biodiversity tak hilang lenyap dan tinggal cerita.
Abad berganti abad sedari awal hingga hari ini tentang keanekaraman hayati yang tercakup dalam tatanan  kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi menanti disapa dengan asa dan rasa kini.  Kita harus berbangga dengan status Indonesia karena megabiodiversitasnya sekaligus juga sebagai pustaka dunia.
Tidak sedikit biodiversiti/ keanekaragaman hayati Indonesia menjadi salah satu incaran dari berbagai negara yang ada di dunia karena keindahannya, karena keunikannya dan karena kelengkapannya yang primadona tak sedikit orang baik dari dalam dan luar negeri untuk berkunjung, mempelajari dan menelitinya.
Mengingat, keanekaragaman hayati berupa kekayaan alam berupa tumbuhan dan hewan yang terdapat di Indonesia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dpisahkan satu dengan yang lainnya hingga nanti menanti disapa dengan rasa. Tumbuh-tumbuhan, hewan (satwa) baik yang di darat atau di lautan menjadi dasar kuat berpadu menyatu satu memberikan berjuta nafas dan denyut nadi kehidupan dan membuat Indonesia dikenal di mata dunia.
Keindahan terumbu karang yang tersebar di berapa tempat di Wilayah Indonesia  (Raja Ampat di Papua dan Bunaken di Sulawesi Utara) bersama biru lautan dan beragam spesies ikan menyimpan rasa penasaran bagi pemuja keindahan membuat candu bagi para pecinta dan pecandu penyelam laut yang tak sabar melihatnya.
Keindahan hutan (alam) dengan berbagai isinya seperti hewan dan tumbuhan contohnya menjadikan dunia melalui para peneliti sangat tertarik untuk mempelajarinya dan ini juga menjadi satu kesatuan yang amat sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Para peneliti berlomba-lomba mencari tahu dan menggali rahasia yang dengan tersembunyi.
Keunikan Alam liar seperti orangutan di Sumatera dan Kalimantan, Â burung surga di Papua, Burung Enggang, bekantan di Kalimantan serta Komodo di Pulau Komodo, NTT. Tidak terkecuali raflesia, anggrek dan tumbuh-tumbuhan obat tradisional yang tersebar hampir di Seluruh Wilayah Indonesia. Tanaman endemik seperti kayu ulin (kayu besi) atau kayu belian, ramin, gelam dan pohon tengkawang kini pun sudah semakin terkikis menjelang habis.
Belum lagi jenis hewan lautan seperti dugong, penyu, buaya senyulong dan hewan yang hidup di sungai seperti labi-labi moncong babi, silok dan jenis ikan sungai lainnya yang keseluruhannya dalam daftar merah (sangat dilindungi) atau sangat terancam punah karena berbagai ancaman yang terjadi kini.
Biodiversitas atau biodiversity (keanekaragaman hayati), menanti kasih untuk dikasihani, menanti  asa dan rasa untuk disapa juga untuk diingatkan, diajak, merawat dan peduli oleh siapa saja. Setidaknya itu nasib kabekaragaman hayati saat ini.
Tentu, ini menjadi tanggung jawab semua pihak untuk merawat dan menjaganya. Bumi dan segala isinya yang terdiri dari biodiversitasnya yang ada dan juga kaya akan ilmu pengetahuan (pustaka) alam yang tak tergantikan sayang jika hilang. Tak bisa disangkal keanekaragaman hayati baik di darat dan lautan (tumbuhan dan hewan) tidak sedikit yang tercemar oleh begitu banyak sampah akibat perbuatan manusia.
Keanekaragaman hayati yang ada dimiliki Indonesia ini juga menjadi sebuah langkah atau aksi nyata bernama Peduli oleh siapa saja agar terus lestari hingga nanti dengan syarat semua ada rasa dan asa untuk bijaksana. Apabila tidak di sapa dengan asa dan rasa maka bukan tak mungkin keanekaragaman hayati akan tinggal cerita. Selamat hari keanekaragaman hayati 22 Mei 2018 mari peduli agar biodiversity bisa lestari.