Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Meteor Garden Hidupkan Budaya Gotong Royong Bertani di Tanah Kayong

29 November 2017   11:06 Diperbarui: 30 November 2017   11:21 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal, ketika Tomanse dan ketiga temannya menawarkan inisiatif untuk menghidupkan kembali budaya gotong-royong di masyarakat dengan cara bertani tanpa merambah di Tanah Kayong.

Saban waktu, dimulai sejak sebulan silam, ketika empat personil ini berkeinginan untuk membentuk kelompok yang misi utama mereka menghidupkan kembali budaya gotong royong bertani di Tanah Kayong (sebutan untuk masyarakat wilayah Ketapang dan Kayong Utara, Kalbar).

Tomanse demikian teman-temannya menyapa ketua kelompok mereka tersebut,  bang Herman nama aslinya atau biasa disapa Man dan kini namanya berubah menjadi Tomanse.  Tomanse bersama ketiga anggota kelompoknya yang terdiri dari Jakaria, Baharudin, Ishak dan Yanto memulai rutinitas mereka sehari-hari untuk bertani dengan terlebih dahulu mencangkul lahan untuk bedeng tanaman yang akan mereka tanam.

Bedeng untuk tanaman yang telah di cangkul dan siap untuk ditanam. Foto dok. Yayasan Palung
Bedeng untuk tanaman yang telah di cangkul dan siap untuk ditanam. Foto dok. Yayasan Palung
Seperti diketahui, personil Meteor Garden menawarkan diri mereka kepada Yayasan Palung untuk didampingi dan diberikan pelatihan terkait pertanian. Mereka pun tanpa dipaksa mengisi formulir atau surat kesepakatan untuk menghidupkan kembali budaya gotong-royong dan pengembangan pertanian masyarakat di wilayah Desa Pampang Harapan. Ide dan keinginan mereka untuk mengaktifkan budaya gotong royong sebagai upaya perlindungan di sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Palung.

Menariknya, sistem gotong-royong tersebut di lahan mereka masing-masing. Mereka secara bergiliran membantu dalam kelompok. Mereka berharap ada masyarakat yang bisa mengikuti cara mereka dan bisa memanfaatkan lahan kosong untuk pertanian serta yang terpenting adalah menghidupkan kembali budaya gotong-royong di masyarakat setempat.

Kelompok Meteor Garden Saat beraktivitas. Foto dok. Yayasan Palung
Kelompok Meteor Garden Saat beraktivitas. Foto dok. Yayasan Palung
Sementara ini, mereka berencana menanam tebu dan aneka sayur-sayuran. Tak hanya menyiapkan galangan tanaman dan menanam tanaman, namun mereka juga mengolah pupuk kompos yang lokasinya di Bentangor Pampang Center Yayasan Palung di Desa Pampang.  

Hadirnya Tomanse dan kawan-kawan melalui kelompok mereka dengan nama kelompok Meteor Garden, awalnya sempat bingung akan di beri nama apa nama kelompok mereka. Atas ide-ide dari Wendi, Yayasan Palung dan teman-teman YP setuju kelompok petani  tersebut diberi nama Meteor Garden dan mereka tidak keberatan nama kelompok mereka dengan nama Meteor Garden. Itulah cerita singkat mengapa mama kelompok Meteor Garden, berharap langkah dan cara mereka bisa diikuti oleh masyarakat lainnya, lebih khusus menghidupkan budaya gotong-royong dalam hal bertani.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun