Banyak cara, mungkin kata itu yang bisa dikatakan terkait adat tradisi saat ini. Merawat tradisi bila boleh dikata berarti ikut andil dan peran untuk meneruskan, mewarisi, menjaganya hingga nanti dan mungkin juga menjadi inspirasi yang patut untuk dicontoh oleh siapa saja.
Ya, merawat tradisi yang dimaksud tidak lain adalah soal perajin tikar pandan di Tanah Kayong, lebih khususnya di Kabupaten Kayong Utara. Mereka (perajin tikar pandan) tidak hanya memanfaatkan pandannya saja, namun ada kepedulian mereka untuk melestarikan tumbuhan ini.
Tidak hanya soal ekonomi, tetapi ini soal adat dan tradisi untuk mewarisi terkait anyaman pandan sebagai sebuah upaya budaya tradisi masyarakat boleh berlanjut hingga nanti. Mengingat, Budaya sebagai identitas lokal yang telah lama ada dan ini harus dihidupkan namun harus diwarisi kembali bagi kita semua di jaman ini(jaman now).
Hal lain juga, mungkin bila boleh dikata dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk ikut terlibat dalam hal merawat tradisi khususnya anyaman tikar pandan di masyarakat. Dengan harapan, tradisi menganyam boleh lestari hingga nanti.
Seperti misalnya kelompok perajin tikar pandan, Ibu Ida bersama rekan-rekannya beserta Yayasan Palung, Dekranasda dan pemerintah daerah saling bersinergis yang berusaha bagaimana mau berbagi ilmu dari tingkat sekolah hingga keliling untuk berbagi pengalaman juga ilmunya dalam menganyam, tak lain sebagai cara sederhana dan tak pelit pula tetapi memiliki andil sebagai pelestari karifan lokal. Lebih khusus dalam hal menganyam berbagai kreasi anyaman boleh berkelanjutan.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H