Memiliki bulu yang tebal, lebih keriting dan memiliki kumis, setidaknya itulah keunikan atau ciri khas orangutan yang baru ditemukan. Orangutan tersebut berdasarkan hasil penelitian dari peneliti disebut sebagai spesies baru orangutan yang ada setelah orangutan Kalimantan dan orangutan Sumatera.
Pongo tapanuliensis itulah nama latinnya dan orangutan tapanuli demikian ia disebut dan dinamakan kini oleh para peneliti. Mengapa nama orangutan tapanuli ia disebut?. Setidaknya ini menjadi  kabar bahagia sekaligus tantangan baru dengan keberadaannya (orangutan tapanuli) yang katanya sangat endemik atau langka karena populasinya dan habitatnya yang sangat sedikit ditemukan di wilayah Tapanuli, lebih khusus di Batang Toru.
Hasil survei populasi terakhir dari kerjasama para peneliti yang terdiri dari antara Universitas Nasional, Institut Pertanian Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, University of Zurich, Switzerland, Yayasan Ekosistem Lestari (Sumatran Orangutan Conservation Programme) dan Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (Orangutan Information Center) menyebutkan saat ini, Â adanya kurang dari 800 Orangutan Tapanuli yang tersisa di Ekosistem Batang Toru (Wich et al. 2016). Tak banyak lagi, Â menjadikan status Orangutan Tapanuli sebagai spesies kera besar terlangka di dunia. Dengan demikian konservasi jenis ini menjadi perhatian dunia, dimana fokus utamanya adalah mempertahankan habitatnya saat ini. Orangutan Tapanuli akan dimasukkan ke dalam daftar spesies "sangat terancam punah" (Critically Endangered) berdasarkan IUCN Red List. Â
Apakah Pongotapanuliensis atau Orangutan tapanuli memiliki perbedaan dan kesamaan yang menonjol dengan kedua spesies sebelumnya (Pongo pygmaeus dan Pongo abelii) ?.
Berdasarkan kerjasama penelitian secara lebih mendalam oleh kelompok peneliti Indonesia dan mancanegara dalam bidang genomik, morfologi, ekologi, dan perilaku, dihasilkan fakta bahwa Orangutan Tapanuli secara taksonomi lebih dekat dengan Orangutan Kalimantan, Pongo pygmaeusdan perbedaan yang cukup besar terhadap populasi Pongo abelii, populasi Orangutan Sumatera di Batang Toru diajukan sebagai spesies baru bernama Pongo tapanuliensis(Nater et al. 2017). Orangutan tapanuli memiliki ukuran tengkorak dan tulang rahangnya lebih kecil. Orangutan jantan melakukan "long calls" (panggilan jarak jauh) dengan durasi panjang dan keras; panggilan jarak jauh Orangutan Tapanuli memiliki teriakan yang berbeda dari panggilan jarak jauh yang dilakukan oleh Orangutan Sumatera dan Orangutan Kalimantan. Sedangkan frekwensi pembuatan sarang untuk istirahat atau tidur malam lebih rendah daripada Orangutan Sumatera dan hampir sama dengan Orangutan Kalimantan. (Laporan dari para peneliti tentang Pongo tapanuliensis,Sumber: batangtoru.org).
Adanya penemuan spesies baru orangutan tapanuli ini tidak bisa disangkal menjadi berita bahagia bagi masyarakat Indonesia terlebih bagi para peneliti dan semakin menambah daftar kekayaan anggota baru keluarga satwa yang ada di Indonesia bahkan di dunia. Selain juga menjadi salah satu harapan agar para pihak untuk semakin peduli untuk menjaga, melindungi populasi dan habitat orangutan tapanuli agar tetap terjaga dan lestari hingga nanti.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H