Banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia salah satunya mengirim guru-guru ke seluruh pelosok negeri. Tidak terkecuali di Kecamatan Hulu Sungai. Guru Garis Depan kami sambut dengan baik tutur Camat Hulu Sungai, Andreas Hardi, M.Pd di Kecamatan Hulu Sungai, Ketapang, Kalbar saat menerima kedatangan 29 orang Guru Garis Depan (GGD) yang berasal dari Sabang hingga Merauke, Kamis (12/10/2017) pekan lalu.
Lebih lajut menurut Camat Hulu Sungai, Kecamatan Hulu Sungai merupakan paling Hulu di Kab Ketapang. Permasalahan pendidikan memang sangat memprihatinkan, setiap sekolah dasar hanya ada 1 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja, ditambah dengan guru Kontrak dan guru honorer dari dana BOS. Belum lagi struktur dan infrastruktur pendidikan yang masih sangat terbatas.
Pihak Kecamatan Hulu Sungai berterima kasih kepada Pemerintah Pusat, karena dikirimi Guru Garis Depan (GGD) yang berasal dari Sabang sampai Meroke, dari Aceh sampai Papua terwakili untuk mengabdi di Hulu Sungai, dari 12 desa ada 22 SD, 3 SMPN dan 1 SMAN masing-masing mendapat 1-2 orang GGD. Mereka mendapat tugas selama 10 tahun baru bisa mutasi, ujarnya lagi.
Dalam melaksanakan tugasnya sepertinya sangat tepat karena ditempatkan di sekolah yang sangat kekurangan guru, selama ini hanya ada 1 Kepala sekolah yang berstatus PNS dibantu Guru Kontrak dan Guru Honorer yang di gaji dengan dana BOS. Dalam kegiatan keseharian mereka tidak mengganggu aktifitas di sekolah itu, jelas Pak Camat
Sebagai Camat Hulu Sungai, Andreas Hardi pun berharap; kepada Para GDD agar betah melasanakan tugas, karena mereka sudah di bina menjadi Guru daerah terpencil dalam program SM-3T (Sarjana Membangun di daerah tertiinggal, terpencil dan terluar).
Dalam sambutannya, Camat Hulu Sungai juga berharap semoga Guru Garis Depan sudah tahu tugasnya di daerah 3T tersebut, artinya mereka harus siap menghadapi segala tantangan, hambatan dan permasalahan di daerah terpencil. Mereka harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, dengan adat, suku, bahasa dan agama yang berbeda dengan GGD tersebut.
Petrus Kanisius- Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H