Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bumi sebagai Rumah dan Nafas

21 April 2017   18:52 Diperbarui: 22 April 2017   04:00 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bumi sedang sakit. Foto dok. M. Ramos

Kisah sedih tak jarang terjadi karena hantaman badai yang tiba-tiba ataupun siklus yang kian menerjang, pintu sebagai penghalang sudah sering tak mempan dan tak berguna

Derai tangis air mata tak jarang menuba para penjaga rumah bumi yang tak berdosa dikesunyian sepi menanti dinanti memperoleh arti para petinggi

Raung suara pendera sudah semakin terdengar mendera mengalahkan dan mengusir para isi rimba raya

Mengaharap berharap menanti ada tindak sekaligus merenovasi bumi sebagai rumah untuk penyejuk jiwa dari para sukarela  

Berkehendak menjaga agar bumi bisa terawat agar anak cucu merasa lega hingga senang ceria hingga nanti

Agar tak lagi terjerat, terjebak terjerembab kawat berduri karena pengaruh dari sakit penyakit bumi   

Menginginkan rasa seiya-sekata sebagai satu kesatuan untuk tidak berdusta pada rumah yang bernama bumi ini

Tak sedikit tugas dari semua segala mencari kemurnian jiwa dan keikhlasan untuk merubah pola lama merawat bumi dengan memilihara tidak nanti tetapi hari ini

Luka lama bumi harus dibalut dengan cara yang sederhana yang tak mewah melimpah namun sedari hati yang murni.

Untuk Hari Bumi, besok 22 April 2017

Ketapang, Kalbar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun