Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[Dongeng] Larut Malam

4 Desember 2016   00:13 Diperbarui: 4 Desember 2016   01:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Larut malam. Foto abkhatami dalam blog

Rinai rintik telah turun sejak senja menyapa hingga berhenti di penghujung larut malam

Suka cita segenap bernyawa tidak terkecuali kodok pun tak menyia-yiakan kesempatan untuk benyanyi, mungkin riang kegirangan menyambut datangnya air yang tertampung di cekung-cekungnya tanah hanya sekedar untuk beranak pinak. Rawa dan kolam yang lama tidak terisi air. Hirupan segar dari pepohonanan dan bunga bakung di padang pasir bernafas lega bisa beroleh air sebagai sumber penghidupan.

Gadis malam jua pemuda berlomba untuk berpamer diri mencari jati diri hingga sensasi. Sepoi-sepoi angin membawa perahu nelayan ke tepian air menjelang tengah malam bersama gelombang.

Tumpukan kendaraan terlihat berjejer mengitari sepanjang jalan lampu warna-warni riuh rendah bersuara, demikian jua yang terparkir mencari tempat yang nyaman untuk sekedar kongko-kongko bersantai, bercerita melepas lelah. Para pedagang kaki lima.

Akhir pekan, mungkin itu menjadi sebab kenapa larut malam tak terasa larut. Pelepas lelah pencari hiburan, menonton layar bola bundar itu kegemaran anak muda. Kegembiraan pasukan garuda meraih poin penuh menanti terjadi di laga berikut. Itu harap teman, semoga garuda meraih juara.

Liga-liga luar bola bundar kian menjamur siap di tonton di segenap penjuru karena maju. Menanti liga dan tim nasional yang gagah perkasa di masa mendatang sembari berharap.

Akhir pekan katanya malam yang panjang. Kian larut hingga tak terasa berjalan. Silih berganti seloroh saling terlontar ketika larut malam semakin larut.

Sayup-sayup terdengar suara hilir mudik kendaraan semakin mereda tak seramai selepas seja menjelang senja hingga larut malam.

Ingin merebahkan badan yang ingin direbahkan namun mata bola enggan terlelap. Malam semakin larut, menanti pagi yang siap menyapa. Entah kenapa mata enggan terlelep walau telah menuang beberapa cangkir kopi. Sembari berharap mata bola bisa terbangun ketika pagi menyapa.

Ketapang, Kalbar, 4/12/2016.

Edisi enggan terlelap

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun