Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengenal Pohon Dipterocarp dan Manfaatnya

29 September 2016   16:14 Diperbarui: 30 September 2016   11:31 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Dipterocarp yang tumbuh di habitat hidupnya di Gunung Palung. Foto dok. Yayasan Palung, GPOCP dan Tim Laman

Di hutan tropis, lebih khusus di wilayah Kalimantan Barat, tumbuhan yang memiliki damar, dipterocarp demikian tumbuhan ini disebut. Pohon ini juga ternyata memiliki banyak banyak mantaat, selain itu juga penting dan menarik serta termasuk disukai oleh bagi banyak satwa, terutama orangutan yang sangat menyukai buah dari pohon ini.

Pohon dari keluarga Dipterocarpaceae memiliki beberapa jenis. Antara lain adalah jenis-jenis Meranti  (Shorea sp.) dan Keruing (Dipterocarpus sp.). Pohon-pohon Dipterocarp seperti meranti dan keruing memiliki ukuran bisa melebihi satu meter dan memiliki tinggi 30 hingga 60 meter.

Pohon Dipterocarpaceae hidup dan tumbuh di datan rendah. Hal yang penting dan menarik dari pohon ini selain menjadi makanan dari banyak satwa. Menariknya, jika pohon tersebut (Dipterocarpaceae) berbuah, maka hampir dipastikan 90% pohon lainnya juga akan menyusul berbuah.

Direktur Penelitian Yayasan Palung (GPOCP), Tri Wahyu Susanto yang juga merupakan salah seorang peneliti di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP), di Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) mengatakan; Jika Pohon Dipterocarpaceae berbuah, maka akan menjadi penanda awal yang mana pohon-pohon buah yang lainnya seperti durian hutan, rambut hutan dan manggis akan menyusul berbuah pula,  biasanya disebut buah raya (mast fruit).

Salah satu Pohon Dipterocarpaceae yang tumbuh di Cabang Panti, Gunung Palung. Foto dok. Tri Wahyu Susanto
Salah satu Pohon Dipterocarpaceae yang tumbuh di Cabang Panti, Gunung Palung. Foto dok. Tri Wahyu Susanto
Wahyu demikian ia disapa sehari-hari, lebih lanjut mengatakan; pada saat musim buah raya tiba, selain buah Ficus (kayu ara), juga buah Dipterocarpaceae menjadi penting bagi satwa seperti orangutan.

Seperti kelasi dan kelempiau juga memakan buah ini (Dipterocarpaceae) Biasanya buah raya akan terjadi dalam rentang waktu 4-5 tahun, dan menariknya, setelah buah raya berakhir dipastikan masa reproduksi (musim kawin) tiba. Berdasarkan hasil penelitian di Stasiun Riset Cabang Panti, satu tahun setelah musim buah selesai, akan ada bayi orangutan lahir.

Menariknya lagi, pohon ini juga memiliki ciri khas selain tinggi dan ukurannya besar, tetapi juga memiliki tutupan kanopi (tutupan pohon). Seperti di Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung (TNGP), hampir dipastikan 80% adalah tumbuhan Dipterocarpaceae.

Pohon Dipterocarp yang tumbuh di habitat hidupnya di Gunung Palung. Foto dok. Yayasan Palung, GPOCP dan Tim Laman
Pohon Dipterocarp yang tumbuh di habitat hidupnya di Gunung Palung. Foto dok. Yayasan Palung, GPOCP dan Tim Laman
Pohon Dipterocarpaceae, dikenal juga dengan nilai ekonominya yang tinggi dan merupakan tanaman yang langka karena keberadaannya yang semakin berkurang dari tahun ke tahun. Adapun sebaran dari jenis pohon ini tersebar juga di beberapa wilayah seperti di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, Bali, Lombok dan Papua.
Dafrar sebabaran Pohon Dipterocarpaceae di IndoneDafrar sebabaran Pohon Dipterocarpaceae di Indonesia. Capture data dari Boy Marpaungsia. Capture data dari Boy Marpaung
Dafrar sebabaran Pohon Dipterocarpaceae di IndoneDafrar sebabaran Pohon Dipterocarpaceae di Indonesia. Capture data dari Boy Marpaungsia. Capture data dari Boy Marpaung
Mengingat, menurut daftar IUCN, memasukan dafrar Dipterocarpaceae masuk dalam daftar sangat terancam punah (Red List/ RL) karena beberapa sebab, antara lain karena pembukaan lahan secara luas.

Semoga saja, Pohon-pohon yang tersebar dibeberapa wilayah Indonesia ini masih dapat lestari hingga nanti.

Petrus Kanisius – Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun