Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemanusiaan RTC] Kekuranganku Semangat Hidupku

26 Juli 2016   14:39 Diperbarui: 26 Juli 2016   14:59 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak aku masih kecil, aku dianugrahi Tuhan dengan kekurangan fisikku. Aku terlahir secara kasat mata memang tidak tampak bahwa aku memiliki kekurangan. Tetapi dengan kekurangan fisikku itu menjadi semangat hidupku sesungguhnya.

Jujur jika boleh berujar, kekurangan fisikku itu adalah tentang tangan kananku yang tidak senormal tangan kiriku. Demikian juga dengan kaki kanananku yang tidak sehebat kaki kiriku. Ceritaku ini sesungguhnya, sungguh-sungguh terjadi dan dengan ceritaku ini aku tidak ingin manja atau hanya sekedar berkeluh kesah saja. Fisikku yang tidak sempurna itu anugerah, itu hadiah.

Terkadang memang terasa sulit dengan adanya keadaanku seperti ini, namun aku harus terus berjalan seirama berjalannya waktu.

Puji Tuhan, Syukur kepada Allah, Sang Pencipta dan orang-orang disekitarku memperlakukanku dengan adil. Terlebih kedua orangtua dan saudara-saudaraku.

Dari kecil hingga dewasa aku diajari untuk hidup mandiri, tidak terkecuali saat-saat masa sekolah aku tinggal dan hidup mandiri di asarama milik bruder FIC. Tak kurang enam tahun aku hidup berbaur dengan teman-teman seperjuangan dari pedalaman. Hingga aku melanjutkan pendidikan yang lebih lanjut, aku merasa orang-orang disekitarku memperlakukanku dengan baik adanya.

Kekurangan fisikku semangat hidupku, kira-kira itu yang acap kali mereka utarakan kepadaku. Alasan lainnya karena aku ingin selalu mencoba apa yang kawan-kawan normal lakukan. Terkadang, teman-temanku bilang kekurangan fisikku adalah semangat hidupku yang juga menjadi sama-sama penyemangat teman lainnya disekitarku. Mungkin keadaanku seperti ini, aku sungguh-sungguh merasa diperlakukan dengan adil dan dimanusiakan sesungguhnya. Mengingat tidak sedikit dari saudara/i kita yang mungkin diperlakukan secara tidak adil di tempat lainnya.

Ku berharap, apapun keadaan fisik kita yang kita miliki syukuri saja apa adanya. Karena, sesungguhnya kelemahanmu sejatinya adalah kekuatanmu dalam menjalani sisa-sisa dalam menjalani kehidupan ini.    

Aku diajari oleh orangtuaku dan orang-orang terdekatku untuk selalu bersyukur dengan adanya aku. Jika boleh dikata aku melakukan semua aktivitas hari-hariku yang menggunakan tangan hanya bisa menggunakan tangan kiriku. Mungkin, tangan kananku hanya bisa beraktivitas kurang lebih 30 persen saja. Tetapi aku menjalani hidup ini dengan apa adanya aku. Tangan dan kakiku lemah adalah karena sakit polio pada saat aku lahir, ketika masa-masa kecilku dulu vaksin polio belum ada ketika itu.

Di dunia kerjaku (tempat aku bekerja) pun aku merasa sangat beruntung dan bersyukur karena semua memperlakukanku dengan baik adanya dan tidak membedakanku dengan yang lain-lainnya. Semangat kebersamaan dan semangat hidup untuk menjalani kehidupan itu penguat sekaligus penutup kekuranganku. Memang, kekurangan tidak hanya dari fisik tetapi juga jiwaku yang tak luput dari salah dan penuh kekurangan pula.

Kekuranganku semangat hidupku, mungkin itu yang hingga kini menjadi pegangan (semboyan) hidupku hingga kini. Tidak bermaksud menggurui dan tidak merasa paling bisa mengatasi persoalan yang mendera hidup ini. Namun setidaknya setiap kekurangan yang kita miliki sudah barang tentu juga menjadi kekuatan dan kelebihan kita. Tetap semangat dan terus bersyukur dalam menjalani tatanan kehidupan ini. Selalu ada harapan dari setiap berjalannya waktu dengan karya karsa atau tenaga.

 Catatan kecil ini merupakan cerita saya pribadi dan nyata adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun