Untuk kesekian kalinya Yayasan Palung berkesempatan cuap-cuap dengan mata acara bincang hijau di Radio Kabupaten Ketapang, dengan mengetengahkan pembahasan tentang Vegetasi Hutan dan Tumbuhan Endemik. Kali ini Vegetasi Hutan dan Tumbuhan Endemik di Taman Nasional Gunung Palung, Senin (19/07/2016).Â
Dalam kesempatan bincang hijau tersebut, hadir sebagai narasumber adalah Endro Setiawan, Â Pengendali Ekosistem Hutan Pertama, dari Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) yang juga, berpengalaman dalam pendampingan penelitian.
Endro S. Sebagai Narasumber saat berbagi cerita dalam mata acara Bincang Hijau di Radio RKK. Foto dok. Desi Kurniawati/YP
Endro Setiawan merupakan Kepala Unit yang bekerja di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Gunung Palung. Seperti diceritakannya, setidaknya Mas Endro, demikian ia disapa sehari-hari menceritakan pengalamannya selama 16 tahun meneliti bersama peneliti dari dalam ataupun dari luar negeri.
Dalam penjelasannya lebih lanjut, Endro menceritakan di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung banyak menyimpan ragam dan rahasia tumbuhan dan satwa endemik yang dapat dijumpai disana (Gunung Palung). Gunung Palung yang merupakan kawasan hutan tropis dipterocarp terbaik, hampir dipastikan sebagian besar hutan adalah kawasan hutan yang masih primer. Ragam tumbuhan seperti meranti, jelutung, ulin, rengas, pulai, damar, akar, liana dan tumbuhan obat. Ragam jenis tumbuhan seperti anggrek, terlebih anggrek hitam yang masuk dalam tumbuhan endemik  dan ciri khusus dari hutan sub alpin terdapat ragam tumbuhan-tumbuhan seperti lumut, ganggang, kantong semar dan juga pohon yang tumbuh di sub alpin juga terdapat pohon-pohon yang Kerdil.
Kantong semar yg terdapat di montane forest Gunung Palung. Foto dok. Yayasan Palung
Menariknya seperti lebih lanjut dijelaskan oleh Endro, tipe hutan di Gunung Palung yang hanya memiliki ketinggian 1.116 mdpl tetapi memiliki hutan sub alpin. Mengingat, pada umumnya hutan Sub alpin berada diketinggian diatas 3000 mdpl. Adanya hutan Sub alpin di Gunung palung dikarenakan adanya The Massenerhebung effect (Efek Massenerhebung) yang merupakan variasi dalam garis pohon berdasarkan ukuran gunung dan lokasi. Secara umum, pegunungan dikelilingi oleh rentang besar akan cenderung memiliki garis pohon lebih tinggi dari pegunungan lebih terisolasi karena retensi panas dan bayangan angin. Efek ini penting untuk menentukan pola cuaca di daerah pegunungan, sebagai daerah ketinggian yang sama dan lintang mungkin tetap memiliki iklim jauh lebih hangat atau lebih dingin berdasarkan sekitarnya pegunungan.Â
Selain itu, hasil dari penelitian di Stasiun Riset Cabang Panti, TNGP menyebutkan setidaknya, ada 300 jenis tumbuhan yang dikonsumsi atau menjadi pakan orangutan, lebih dari yang terdiri dari: 60% terdiri dari buah, 20% bunga, 10% daun muda dan kulit kayu serta 10% serangga (seperti rayap).
Buah-buahan hutan termasuk sumber makanan utama (pakan) orangutan. foto dok. Tim Laman dan Yayasan Palung
Tumbuhan dominan yang dikonsumsi buahnya oleh orangutan adalah dari family Sapindaceae/sapindales (rambutan, kedondong, matoa dan langsat), Lauraceae (alpukat dan medang), Fagaceae (petai dan kacang kedelai atau termasuk jenis kacang-kacangan), Myrtaceae/myrtales (jenis jambu-jambuan), Moraceae (ficus/kayu ara) dan lain-lainnya.Â
Liana (tumbuhan akar) yang sedang berbuah. Foto dok. Kat Scott GPOCP
Kesemua buah-buahan hutan tersebut, setidaknya itulah yang paling digemari oleh burung enggang dan orangutan beserta satwa lainnya seperti kelempiau dan kelasi serta beberapa satwa lainnya yang mendiami hutan di Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).Â
Anak Orangutan sedang memakan buah di gunung palung. Photo Kim Nouwen,GPOCP dan Yayasan Palung
Selain itu, di Gunung Palung terdapat pula ragam satwa endemik seperti orangutan, kelempiau, kelasi, enggang (rangkong), julang dan beberapa jenis satwa lainnya seperti burung dan jenis kodok. Setidaknya dalam data, terdapat 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar biji tumbuhan di hutan.
Seperti diketahui, menurut penelitian di Taman Nasional yang memiliki luasan 90.000 ha tersebut jugat memiliki ragam tipe hutan, tipe hutan tersebut adalah Hutan Rawa gambut di ketinggian 5-10 mdpl, Hutan Rawa Air Tawar di ketinggian 5-10 mdpl, Hutan Tanah Alluvial di ketinggian 5-50 mdpl, Hutan Batu Berpasir Dataran Rendah di ketinggian 20-200 mdpl, Hutan Granit Dataran Rendah di ketinggian 200-400 mdpl, Hutan Granit Dataran Tinggi di ketinggian 350 - 800 mdpl dan Hutan Pegunungan di ketinggian 750-1.100 mdpl, (Marshall, Andrew J, 2008).
Selanjutnya ada Hutan Kerangas (hutan yang sangat miskin unsur hara) yang paling sedikit luasannya yaitu 7,6 ha dari total luas Cabang Panti. Dengan demikian dapat dikatakan vegetasi hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Palung merupakan tipe vegetasi hutan yang paling lengkap.
Lihat Inovasi Selengkapnya