Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Andai Hutan Tidak Tersisa, Apa yang Bisa Diharap?

27 Juni 2016   16:48 Diperbarui: 27 Juni 2016   17:53 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan semakin rebah tak berbaya dan semakin tersiksa. Foto dok. Yayasan Palung

Ibarat satu kesatuan tubuh manusia, antara hewan dan hutan sejatinya tidak terpisahkan. Bagaimana apabila satu kesatuan tersebut sakit atau tidak tersisa, dampak apa yang akan terjadi?.  

Hutan telah rusak, sungai sudah mendangkal saat kemarau tiba, demikian pula sebaliknya jika musim penghujan tiba akan terjadi banjir (banjir bandang). Demikian juga tanah longsor tidak terhindarkan ketika hutan semakin gundul menjelang terkikis habis. Hal yang sama juga terjadi pada tatanan kehidupan manusia dan hewan (satwa) sudah pasti akan sangat sulit bertahan.

Pertanyaannya adalah apa yang bisa diharap setelah semuanya tidak tersisa? Adakah harap untuk langkah membenahi semuanya agar hutan masih tetap tersemai, terpilihara terjaga dan masih mampu berdiri kokoh.

Tidak sedikit diantara kita yang merintih sedih, sakit dan menjadi korban ketika hutan sudah mulai gundul/terkikis menjelang habis bila tidak disemai kembali.

Tidak ada lagi kata untuk saling menyalahkan, namun yang tidak boleh lupa sebagai syarat utama semestinya adalah memohon untuk tidak lagi membabat, memusnahkan dan mengorbankan nafas hidup hutan. Bukankah, nafas hutan juga sama halnya sebagai nafas kita semua.

Hutan rebah, terpotong hinga menjadi padang gersang. Foto dok. Yayasan Palung
Hutan rebah, terpotong hinga menjadi padang gersang. Foto dok. Yayasan Palung
Mampukah kita nantinya bernafas dengan  menghirup udara segar gratis bila hutan tidak tersisa?.

Adakah air sumber kehidupan yang melimpah yang masih boleh kita teguk (minum)?.

Dapatkah kita bertahan dalam situasi yang tidak menentu (dibayang-bayangi) was-was akan terjadinya sebab-akibat (bencana)?.

Mengingat; fakta kejadian, peristiwa sudah dan mungkin akan terus terjadi bila hutan semakin terkikis habis?.

Mampukah kita manusia bertahan dalam situasi bencana yang tidak kunjung berhenti?.

Nafas bumi pun sudah semakin pendek dalam usianya yang semakin renta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun