Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[100 Puisi] Pagi Menjelang Senja, Penantang Maut Melawan Ombak Mengais Rejeki

16 Februari 2016   15:01 Diperbarui: 16 Februari 2016   15:09 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Para penantang melawan ombak mengais rejeki. Foto dok. antaranews.com.

 

Sayup-sayup terdengar kala sinar mentari belum memancarkan sinarnya dua pasang manusia terlihat dalam bayangan gelap menuju perahunya.

Mata tertuju, terheran dengan kenekatan dua pasang manusia yang ternyata setelah setengah abad itu tanpa ragu melawan ombak di samudera raya lautan lepas.

Perahu setengah usang itu mulai dikayuhnya dengan kayuh pertama hingga seterusnya,

Kayuh demi kayuh melawan ombak menerjang menantang tanpa takut menyerah jiwa untuk sesuap nasi,

Mengais rejeki dalam ganasnya ombang bergulung setinggi puluhan meter,

Kenekatan mereka itu ternyata telah lama mereka perankan,

Mereka hanya bersuara seperlunya saja, tangan cekatan begitu terampil membentangkan pukat yang panjangnya 10 hingga 15 meter.

Mentari sudah memancarkan sinarnya sebagai penanda pukat-pukat yang mereka bentangkan sudah siap untuk diangkat dan berharap beroleh banyak ikan, kepiting, teripang atau udang.

Setelah diangkat, terkadang tangkapan mereka jauh dari harapan, tetapi mereka tidak jera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun